Â
Selalu saja muncul bayang-bayang,
tatkala cahaya menghampirimu.
Di fajar nafsumu, ia memanjang mendahului.
Di terik pikir dan nalarmu, ia menyatu dengan ragamu.
Hingga di senja batinmu, ia memanjang di belakang tapak kakimu.
Bebagai asam, kecut dan kepahitan sejarah ia catat dalam diam.
Yang lupa kau tengok dan kau eja dengan saksama.
Masihkah perlu mengutuk bayang-bayang?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!