Mohon tunggu...
Rose putih
Rose putih Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Laki-laki yang mencoba menjadi pembelajar dengan terus belajar apa saja dan menulis yang diminati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selendang Hangat Ibunda

6 Maret 2024   00:12 Diperbarui: 6 Maret 2024   10:04 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokumentasi pribadi (sebuah rumah di Cibogo, Puncak, Bogor, Jabar)

Selendang Hangat Ibunda

(al fakir)

Seberkas cahaya memancar di sana
Diantara remang petang dan gelap malam
Sebuah pondok berdinding bamboo berlantaikan tanah liat, pasir dan kerikil
Beberapa tanaman bunga menghiasi beranda
Dalam pot gerabah yang kau buat dengan lentik jemarimu
Tidak ada hiasan warna warni di pintu dan jendela
Hanya komposisi sederhana anyaman bambu tiga warna
yang menghentikan gerak mata

Di antara hamparan harum bunga kemuning
Kau biasa menuliskan rancak semilir kata hatimu
Tentang bunga almound dan sakura, ombak dan gelombang, pesisir dan samudera,
sekumpulan mega, desir angin dan rinai hujan yang terus kau jelajahi hingga kini
ah ternyata! semua selalu kembali menepi di pangkuan ibunda
di selendang cinta yang menghangatkan
Mengantar langkahmu menuju pagi kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun