Bantul. (MTsN 1 Bantul) Guru Bimbingan Konseling (BK) MTs Negeri 1 Bantul harus mampu merengkuh siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran dengan penuh asih, asah dan asuh. Itulah yang dilakukan oleh Sri Murwanti ketika menemukan dan membimbing seorang siswa korban broken home. Dia memcoba untuk memberikan konseling dan melakukan home visit ke rumah nenek siswa bersangkutan Kamis, 11 Januari 2024.
Menurutnya madrasah sudah seharusnya menjadi rumah ramah yang mampu mengembangkan pikiran dan memperhalus hati setiap tunas-tunas bangsa yang dididiknya. Demikian halnya dengan MTs Negeri 1 Bantul yang bervisi Ceria (Cerdas, Energik, Religius, Inovatif dan Akhlakul Karimah). Sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama, MTs N 1 Bantul merupakan tumpuan harapan bagi masyarakat sekitar Bantul dan Yogyakarta untuk menitipkan putra putrinya menimba ilmu, memperteguh keyakinan keagamaan. Dari 572 siswa yang belajar di madrasah ini, terdapat juga siswa yang kurang beruntung dari segi ekonomi, keutuhan keluarga dan problem sosial lainnya. Satu diantaranya sebut saja Chila (bukan nama sebenarnya) siswa kelas VII adalah anak korban broken home dengan keluarga yang berantakan, tidak ada perhatian ayah dan ibunya sehingga sering absen bersekolah.
Guru BK Â yang sekaligus wali kelasnya tersebut berinisiatif untuk mengorek lebih jauh masalah-masalah yang menghambat belajarnya. Dari stori yang diungguh Chila di media social seperti WA dan facebook ternyata anak ini sudah mengenal berpacaran. Tanpa rasa malu, kegiatan yang merupakan sisi gelapnya itu dia ekspose. Hal itu sebagai dampak dari kedua orangtuanya yang bercerai. Sebagai pelampiasannya anak itu tiap malam begadang sampai larut.
Sebagai ibu pembimbing bagi anak didiknya Murwanti merasa trenyuh dengan keadaan tersebut. Dengan menggandeng neneknya yang cukup mapan ekonominya dan ternyata punya kepedulian, pelan-pelan Chila diarahkan untuk aktif kembali belajar di madrasah. Anak ini direngkuh dengan penuh perhatian dan kasih sayang oleh neneknya tersebut. Sri Murwanti bekerja sama dengan neneknya tak jemu-jemu memotivasi dan menanamkan pikiran positif agar kesehatan, keselamatan, pergaulanya diperhatikan demi masa depannya.
Dengan penuh asih, asah dan asuh pelan-pelan Chila mulai percaya diri karena menemukan orang yang masih peduli dengannya. Akhirnya lambat laun Chila menemukan harapan dan semangat lagi dalam menggapai cita citanya.
"Ditengah tengah kita, di madrasah dan sekolah masih banyak Chila Chila yang lain. Sudah semestinya kita, terutama orang tua dan guru memperlakukan anak korban broken home secara manusiawi. Jangan malah dicap nakal atau bodoh dan label jelek lainnya. Dengan perlakuan itu anak akan merasa nyaman di sekolah, tidak merasa diasingkan oleh komunitas lingkungannya. Dengan perlakuan asah, asih, asuh semoga anak-anak didik kita menemukan kehidupan masa depannya yang baik, " ujar Sri Murwanti. (Mur)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI