Mohon tunggu...
Rosita Sinaga
Rosita Sinaga Mohon Tunggu... Guru - artikelmissrosita.blogspot.com, youtube: https://bit.ly/3nQfGqY

Seorang pendidik dan penulis yang ingin memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajarlah Pancasila dari Anak-anak, Pancasila Bukan Teori Perayaan

1 Juni 2020   11:32 Diperbarui: 21 September 2020   20:37 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Garuda dan Pancasila (foto: indonews.id)

Hari lahir Pancasila 2020 yang diperingati hari ini yaitu 1 Juni, sebenarnya bukanlah hari yang istimewa bagi sebagian besar  warga Indonesia.  Hari lahir Pancasila sepertinya dianggap kurang penting dibanding tanggal-tanggal merah lainnya. Padahal pemerintah sengaja menjadikan tanggal 1 juni  sebagai tanggal merah supaya rakyat Indonesia bisa  menghayati arti Pancasila. Namun kenyataan, rakyatnya lebih banyak memaknai  hari lahir Pancasila sebagai hari jalan-jalan nasional.

Lalu apa makna hari lahir Pancasila bagi seorang pendidik ?

Bagi saya  sebagai seorang pendidik, tanggal 1 Juni hanya sekedar peringatan ulang tahun Pancasila saja.  Tidak terlalu penting.  Pancasila itu seharusnya lahir setiap hari di hati bangsa ini, bukan setahun sekali.   Pancasila menjadi sangat penting lahir dalam hidup sehari-hari bangsa dan menjadi gaya hidup supaya semboyan Bhinneka Tunggal Ika tetap terjaga. 

Aplikasi Pancasila di Sekolah

Saya bersyukur mengajar di sekolah yang  siswa/i nya datang dari berbagai suku, ras dan agama yang  menggaungkan Pancasila sebagai semboyan pemersatunya. Orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah ini, pastilah mereka yang cinta akan perbedaan dan ingin anak-anak mereka suatu hari kelak menjadi orang yang bisa menerima perbedaan. 

Meski sekolah ini menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, namun satu hal yang tidak ditinggalkan yaitu para siswa wajib membacakan Pancasila setiap hari Selasa dan Kamis. Hasilnya mereka terbiasa dengan Pancasila dan sudah pasti hafal teks Pancasila.

Bagaimana dengan nilai-nilai Pancasila, apa para siswa memahaminya?

Siswa belajar nilai Pancasila dalam salah satu mata pelajaran sekolah.  Butir-butir Pancasila yang terkadang sulit dimengerti dibuat sesederhana mungkin oleh para pendidik agar para siswa mudah memahami sesuai dengan usia, tingkat pemahaman bahasa yang mereka miliki.

Saya ingin siswa/i saya tidak hanya kenal Pancasila secara teori saja.  Pancila harus dijiwai. Pancasila adalah jiwa bangsa. 

Jika Pancasila sekedar teori saja, maka tidaklah heran bangsa ini mudah terpecah belah. Pancasila seharusnya menjadi gaya hidup bangsa Indonesia yang beragam ini.

Di kelas, Saya suka sekali bercerita dengan anak didik saya mengenai kondisi bangsa Indonesia dan kaitannya dengan Pancasila. Seperti kita ketahui, kondisi belakangan di Indonesia sangat menyedihkan. Mudah sekali terhasut dan terpecah belah.

Saya terbeban sebagai pendidik untuk membagikan rasa cinta tanah air dan Pancasila kepada anak didik saya.

Percaya atau tidak, anak-anak usia 8-9 tahun ini ternyata bisa mengerti ketika saya menyampaikan kondisi bangsa dan Pancasila.  Awalnya saya khawatir mereka tidak paham. Ternyata tidak. Mereka tertarik sekali dan muncul banyak pertanyaan dari mulut kecil mereka.

Perbedaan suku, ras, agama yang ada di dalam kelas, saya gunakan untuk membantu siswa lebih mudah memahami pentingnya Pancasila di Indonesia.

Menghargai keyakinan orang lain dengan tidak mentertawakan gaya beribadah mereka yang berbeda, menghormati setiap agama dengan mengucapkan selamat hari raya bagi yang merayakan. Tidak boleh mengejek agama lain.  Inilah Pancasila yang bisa dipahami siswa. 

Saya ingin melihat generasi bangsa berikutnya dibereskan pola pikirnya tentang perbedaan yang ada di Indonesia sehingga tidak terjadi lagi kasus-kasus pelecehan agama, intoleransi yang merugikan negara.

Bagaimana mengajarkan arti persatuan Indonesia di kelas?

Seperti yang saya telah sebutkan  di atas, dalam satu kelas di tempat saya mengajar,  suku, ras dan agama para siswa berbeda-beda. Saya melihat  dan belajar tentang gaya hidup Pancasila yang nyata dari anak-anak ini.

Mereka tidak pernah sibuk menanyakan agama nya apa, suku apa jika ingin bermain, belajar bersama atau jika ingin menolong. Mereka tidak pusing dengan hal-hal tersebut. Mereka hanya melihat sesama manusia dari jiwa terdalam, bukan dari kulit luarnya. Inilah persatuan Indonesia. Inilah gaya hidup Pancasila.

Dan satu hal lagi mengenai ras.

Kebetulan mayoritas dari siswa yang saya ajar adalah keturunan China. Anak-anak usia ini terkadang tidak mengerti mereka termasuk suku apa. Di sinilah saya sebagai pendidik mengingatkan bahwa keturunan China pun tetap orang Indonesia meski mereka tidak termasuk suku di Indonesia.

Mereka yang lahir, besar, mencari nafkah di Indonesia adalah orang Indonesia. Mereka bukan outsider (orang asing) karena mereka bersama-sama berjuang membangun Indonesia. Bahkan  mungkin saja rasa cinta mereka terhadap Indonesia lebih besar daripada suku manapun di negara ini.

Saya mengajar siswa untuk menghargai ras yang berbeda  karena kita bersama-sama berjuang untuk Indonesia ke depannya supaya lebih maju. Indonesia hanya akan berjalan di tempat jika ribut terus soal perbedaan.

Melalui diskusi-diskusi kecil inilah, saya mengajak siswa untuk berpikir tentang arti pentingnya rasa persatuan di Indonesia dan tentunya mempraktekkan Pancasila. 

Saya ingin rasa cinta tanah air dan mengasihi sesama tertanam di hati anak-anak yang masih polos ini. Jangan kotori pikiran mereka dengan kebencian. 

Pesan saya kepada para pendidik. Tanamkanlah kecintaan akan tanah air, tanamkan saling menghormati, menghargai perbedaan suku dan agama di hati anak didik. Ini lebih penting lebih dari sekedar menghafal butir-butir Pancasila. 

Sebagai pendidik, kita memang suka sibuk mengejar target demi target pembelajaran tetapi jangan lupa mengajarkan  Pancasila sebagai  gaya hidup generasi penerus bangsa.  Kitalah orang-orang yang turut bertanggung jawab membangun moral penerus bangsa yang Pancasilais sehingga Indonesia bisa menjadi negara  yang lebih maju, lebih peduli satu sama lain. 

Hidup bergotong royong akan otomatis terjadi jika pandangan masing-masing rakyat Indonesia berubah dalam menjiwai Pancasila. 

Semoga bermanfaat!

Rosita Sinaga, 1 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun