Mohon tunggu...
Rosita Sinaga
Rosita Sinaga Mohon Tunggu... Guru - artikelmissrosita.blogspot.com, youtube: https://bit.ly/3nQfGqY

Seorang pendidik dan penulis yang ingin memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajarlah Pancasila dari Anak-anak, Pancasila Bukan Teori Perayaan

1 Juni 2020   11:32 Diperbarui: 21 September 2020   20:37 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terbeban sebagai pendidik untuk membagikan rasa cinta tanah air dan Pancasila kepada anak didik saya.

Percaya atau tidak, anak-anak usia 8-9 tahun ini ternyata bisa mengerti ketika saya menyampaikan kondisi bangsa dan Pancasila.  Awalnya saya khawatir mereka tidak paham. Ternyata tidak. Mereka tertarik sekali dan muncul banyak pertanyaan dari mulut kecil mereka.

Perbedaan suku, ras, agama yang ada di dalam kelas, saya gunakan untuk membantu siswa lebih mudah memahami pentingnya Pancasila di Indonesia.

Menghargai keyakinan orang lain dengan tidak mentertawakan gaya beribadah mereka yang berbeda, menghormati setiap agama dengan mengucapkan selamat hari raya bagi yang merayakan. Tidak boleh mengejek agama lain.  Inilah Pancasila yang bisa dipahami siswa. 

Saya ingin melihat generasi bangsa berikutnya dibereskan pola pikirnya tentang perbedaan yang ada di Indonesia sehingga tidak terjadi lagi kasus-kasus pelecehan agama, intoleransi yang merugikan negara.

Bagaimana mengajarkan arti persatuan Indonesia di kelas?

Seperti yang saya telah sebutkan  di atas, dalam satu kelas di tempat saya mengajar,  suku, ras dan agama para siswa berbeda-beda. Saya melihat  dan belajar tentang gaya hidup Pancasila yang nyata dari anak-anak ini.

Mereka tidak pernah sibuk menanyakan agama nya apa, suku apa jika ingin bermain, belajar bersama atau jika ingin menolong. Mereka tidak pusing dengan hal-hal tersebut. Mereka hanya melihat sesama manusia dari jiwa terdalam, bukan dari kulit luarnya. Inilah persatuan Indonesia. Inilah gaya hidup Pancasila.

Dan satu hal lagi mengenai ras.

Kebetulan mayoritas dari siswa yang saya ajar adalah keturunan China. Anak-anak usia ini terkadang tidak mengerti mereka termasuk suku apa. Di sinilah saya sebagai pendidik mengingatkan bahwa keturunan China pun tetap orang Indonesia meski mereka tidak termasuk suku di Indonesia.

Mereka yang lahir, besar, mencari nafkah di Indonesia adalah orang Indonesia. Mereka bukan outsider (orang asing) karena mereka bersama-sama berjuang membangun Indonesia. Bahkan  mungkin saja rasa cinta mereka terhadap Indonesia lebih besar daripada suku manapun di negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun