Mohon tunggu...
Rosita Sinaga
Rosita Sinaga Mohon Tunggu... Guru - artikelmissrosita.blogspot.com, youtube: https://bit.ly/3nQfGqY

Seorang pendidik dan penulis yang ingin memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

The Power of Uang Receh di Masa Krisis

8 Mei 2020   12:36 Diperbarui: 8 Mei 2020   21:57 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Ditolak “polisi gope”
Di tiap tikungan jalan biasanya ada tukang parkir dadakan yang biasa dikenal “polisi gope”. Disebut “polisi gope” karena mereka berharap mendapat bayaran minimal gope alias Rp 500 dengan jasanya memberi jalan.

Saya pernah memberi uang receh Rp100, Rp 200, Rp 200 karena kebetulan tidak ada koin Rp 500. Bagaimana reaksinya? Ada yang nerima, ada juga yang membuang uang receh yang saya berikan. Sungguh kasihan nasib si uang receh. 

Uang receh (Dokumentasi pribadi)
Uang receh (Dokumentasi pribadi)

4. Ditolak pengamen
Kembali saya mencoba menggunakan uang receh untuk pengamen di pinggir jalan. Hasilnya, ada yang tahu berterima kasih, tetapi ada juga yang pergi sambil mengomel.

Bagaimana dengan pengemis? Kebetulan saya tidak pernah menemukan mereka lagi di jalan. Oleh karena tidak ada yang mau menerima koin Rp 100 dan Rp 200, akhirnya koin-koin tersebut lari ke perut botol celengan. Hasilnya, botol celengan saya semakin hari semakin gendut dan berat.

Sampai hari ini saya masih terheran-heran mengapa orang-orang yang saya jumpai tersebut menolak uang receh, apalagi pecahan Rp 100 dan Rp 200 yang dianggap tidak berarti. Memang sih tidak semua dari mereka berperilaku buruk, hanya kebetulan saja saya bertemu dengan orang yang tidak bersyukur.

Benarkah sebegitu tidak berartinya pecahan Rp 100 dan Rp 200?

Minggu lalu saya iseng membongkar botol celengan sambil mengisi waktu luang saat bekerja dari rumah. Saya mulai menyusun koin bernilai Rp 100, Rp 200 sampai koin bernilai Rp 1.000. Saya susun seperti foto di atas dan menjejerkannya supaya mudah menghitungnya.

Hitungan pun dimulai. Alangkah terkejutnya saya setelah disusun dan dihitung ternyata koin-koin receh yang saya sepelekan tersebut membentuk nilai sebesar Rp 60.000. Kemudian saya gabungankan dengan koin Rp 500 dan Rp 1.000 yang tidak pernah terpakai. Total semuanya berjumlah Rp 200.000.

Wow! Jumlah yang cukup besar buat saya. Saya baru menyadari berharganya uang koin setelah mengalami sendiri the power of uang receh pada saat krisis seperti ini. Lumayan banget dengan uang sebesar Rp 200.000 bisa dipakai untuk membeli beberapa bahan kebutuhan pokok.

Kembali ke soal penolakan uang receh. Tukang parkir, supir angkot, pengamen menolak diberi uang receh. Tetapi para pedagang di pasar tidak pernah menolak pembayaran dengan uang receh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun