Pernahkah kamu ingin melakukan sesuatu yang menjadi dorongan batinmu, namun tidak kunjung bergerak karena kuatir akan apa nanti kata orang?
Atau kamu akhirnya mengambil suatu keputusan yang tidak sesuai dengan suara hatimu hanya karena desakan orang lain?
Beberapa kisah berikut ini mungkin terdengar familiar juga bagimu:
Saat seorang remaja yang berminat di bidang kuliner, tapi malah memilih jurusan kuliah di bidang engineer karena di mata keluarga besarnya, yang terdiri dari para engineer, jurusan itu dianggap lebih prestise dan menjanjikan.Â
Akhirnya dia memilih jurusan yang direkomendasikan walaupun dia menjalaninya tanpa gairah.
Seorang wanita bertemu dengan pria pujaan hatinya. Segala yang ada pada diri pria ini benar-benar pas dengan kriterianya. Namun keluarga besar menentang karena perbedaan suku.
 Apalagi pria ini berasal dari latar belakang ekonomi yang lebih rendah. Orang tua berkali-kali mengingatkan, apa nanti kata orang?
Seorang wanita lajang yang sudah berumur matang di atas 30an, tak kunjung bertemu pria yang tepat maka saat ada sanak keluarga yang menjodohkan dia dengan seorang pria, dia menerima saja, walaupun dalam hati dia tidak sreg.Â
Hanya demi memuaskan harapan keluarga besar yang tak henti-hentinya berkata, apa nanti kata orang kalau wanita umur segini belum menikah?
Saat sepasang calon pengantin sedang mempersiapkan pernikahan, mereka tau mereka hanya sanggup mengadakan resepsi sederhana sesuai dengan budget yang mereka miliki, namun karena pihak keluarga besar mendesak untuk mengadakan pesta besar dan mewah, mempertimbangkan apa nanti kata orang, membuat pasangan ini terpaksa meminjam dana hanya untuk biaya resepsi pernikahan.