Mohon tunggu...
Rosa Wulandari
Rosa Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Artist

Pecinta sastra dan seni rupa, Pecandu musik dan drama korea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kepribadian Manusia Menurut Erich Fromm

21 April 2024   15:51 Diperbarui: 21 April 2024   16:11 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ERICH FROMM - Search Images: student-activity.binus.ac.id

Erich Pinchas Fromm atau lebih dikenal sebagai Erich Fromm merupakan seorang psikoanalisis sosial berkebangsaan Jerman. Erich Fromm banyak  mempelajari berbagai cabang ilmu diantaranya psikologi, filsafat dan terutama ilmu sosiologi, psikoanalisis. Walaupun sebagai Guru Besar Psikologi, namun ia juga berminat pada aspek-aspek lainnya seperti politik, hukum, ekonomi dan agama. Dapat dikatakan bahwa ia sangat menyukai persoalan-persoalan manusiawi (humanisme).

Asumsi dasar Fromm adalah bahwa kepribadian individu dapat dipahami hanya dalam tentang sejarah manusia. Fromm meyakini bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia   yang   selalu berubah,  tetapi mampu mengembangkan kemampuan rasioanya, kondisi inilah yang disebut Fromm sebagai dilema manusia. 

Kenapa manusia mengalami dilema ini? Karena manusia sudah terpisah dari alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai makhluk-makhluk yang terisolasi. Kemampuan manusia untuk menalar merupakan berkah sekaligus kutukan. Manusia dipaksa untuk memecahkan dikotomi dasar yang tak terpecahkan yang disebut dikotomi- dikotomi eksistensial, karena mereka berakar dalam eksistensial terdalam manusia.   Manusia   tidak   memiliki kemampuan untuk menghilangkan   dikotomi-dikotomi eksistensial ini selain hanya bereaksi kepada dikotomi-dikotomi yang sifatnya relative. Dikotomi yang berkaitan dengan budaya dan kepribadian individu masing-masing. 

Dikotomi pertama dan yang paling fundamental berkenaan dengan hidup dan mati. kesadaran diri dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati. Dikotomi   eksistensial   kedua   adalah   manusia   sanggup mengonsepsikan tujuan realisasi diri yang seutuhnya namun kita juga sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut. Dan Dikotomi   eksistensial   ketiga   adalah   manusia   pada   akhirnya sendirian saja. Manusia menyadari diri mereka sebagai individu yang berbeda, dan diwaktu yang sama percaya bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada perasaan bersatu dengan sesama manusia lainnya.

Erick Fromm berpendapat bahwa kepribadian manusia adalah produk dari kebudayaan. Kesehatan jiwa diperoleh dari bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan sebaliknya.intinya adalah bagaimana masyarakat mampu untuk memuaskan semua kebutuhan individu. 

Dalam The SaneSociety, Fromm manunjuk lima macam kebutuhan manusia yang menjadi dasar perkembangan kepribadian manusia, diantaranya :

Keterhubungan adalah Kebutuhan terhadap sesuatu  yang mengakibatkan adanya ketergantungan, interaksi, adaptasi dan ketertundukan pada seseorang, kelompok, institusi atau pada Tuhan. Apabila dalam hubungan dengan dunia terjadi keterpisahan, maka sebaliknya akan disebut narsisme. Tetapi pada narsisme primer, seseorang tidak mengalami keterpisahan, ia masih menganggap bahwa dirinya adalah masih bagian dari dunia sekitarnya, yaitu seperti pemenuhan sumber makanan dan pemuasan kemubutuhan dirinya sendiri.

  • Transendensi: kekreatifan dan kehancuran.

Kebutuhan transendental , mengandung dua unsur dalam diri manusia yaitu kekreatifan dan kehancuran.Menurut Fromm, manusia dapat menunjukkan dirinya sebagai pencipta, pada sisi lain ia disadarkan pada posisinya sebagai makhluk yang diciptakan. 

Seperti dikemukakan oleh Freud, "There is another answer to this for trancendence: if I can not createlife, I can destroy it. To destroy life makes me also transcend it." Disatu sisi manusia mempunyai potensi untuk mencinta dan rasional. tetapi di sisi yang lain, ia mempunyai kecenderungan menghancurkan. Kehendak untuk menghancurkan ini muncul ketika keinginan untuk mencipta tidak dapat dipuaskan.

  • Keterikatan persaudaraan dan incest.

 Ikatan paling elementer secara alami adalah ikatan antara ibu dan anak. Ketergantungan rasa aman dan perawatan yang diperoleh dari ibu, tapi setelah ikatan itu putus maka ia akan mencari keterikatan baru, ia mulai mencari ikatan persaudaraan manusia dengan membebaskan diri dari masa lampau. atau bisa jadi ia mencari keterikatan seperti yang diberikan oleh masa lalunya. Keterikatan yang berakar pada masa lalu dapat memberikan kenangan rasa aman, kebahagiaan, dan rasa memiliki. 

  • Rasa Identitas : Individualitas dan kecocokan kelompok.

Kebutuhan rasa identitas bermula pada keinginan manusia yang ingin diakui sebagai entitas yang berbeda dengan manusia lainnya. Perasaan bahwa ada perbedaan diri dengan lingkungan, maka seseorang perlu membentuk konsep diri mereka sendiri. personal branding yang membedakan satu dengan lainnya.  

  • Kebutuhan kerangka orientasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun