Mohon tunggu...
Rosari Octavia
Rosari Octavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa biasa penyuka Twitter

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kelas Bawah Dalam Cengkraman Ketidakberdayaan Akses Belajar Selama Pandemi

10 Juli 2021   02:34 Diperbarui: 10 Juli 2021   02:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pemikiran Karl Marx, dia mengatakan ekonomi sebagai arsitek kehidupan, dimana basis ekonomi sebagai suprastruktur menentukan institusi sosial atau infrastruktur lainnya. salah satu infrastruktur tersebut adalah pendidikan. Dalam strategi konflik marxisme modern menurut Stephen K Sanderson (1992:12) mereka melihat bahwa pertama, kehidupan sosial merupakan arena konflik. Kedua, sumber daya ekonomi adalah hal yang penting. Ketiga kelompok masyarakat terbagi  menjadi kelompok yang determinan secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi[2]

 

Kelas sosial nyatannya mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Zahra (2018: 86) ditemukan bahwa kelas sosial menengah atas lebih diuntungkan dalam arena persaingan sekolah[3]. Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Dzikri Multazamudz (2017: 124) menunjukkan hasil yang sama dimana kelas sosial menengah keatas memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berhasil karena habitus belajar dan fasilitas belajar mereka lebih baik dari pada mereka yang dari kelas sosial bawah[4].

 

Salah satu alasan mengapa pendidikan kita hanya dimenangkan oleh kelas sosial atas bisa kita lihat menggunakan teori kelas Karl Marx. Pendidikan dalam pandangan Karl Marx haruslah menjadi institusi yang digunakan untuk meruntuhkan kapitalisme (Robin Small, 2014)[5]. Namun kini, kapitalisme telah menguasai pendidikan. Adanya perbedaan kualitas antara sekolah kelas atas dan sekolah kelas bawah merupakan salah satu buktinnya. 

 

Dimasa pandemi kini, kelas bawah semakin tidak berdaya dalam mengakses pendidikannya. Kelas bawah telah mengalami kekalahan dalam pertarungan kelas dalam bidang pendidikan. Keterbatasan akses fasilitas karena ekonomi yang tidak memadai menunjukan bahwa kelas bawah tidak dapat melawan kapitalisme yang telah masuk dalam pendidikan dan diperparah oleh keadaan pandemi yaitu dengan di adakannya sitem pembelajaran online.

 

Pemerintah pun rasa-rasannya  tidak berbuat banyak dalam mengatasi hal ini. Pemberian kuota belajar merupakan salah satu langkah yang sudah dilakukan dan cukup berhasil. Namun, dalam mengatasi akses perangkat belajar masih kurang. Jika pemerintah Malaysia berani membagikan ponsel untuk media belajar saat pemebelajaran online, Indonesia hanya bersandar pada bantuan uluran donasi dari orang-orang yang mau mendonasikan alat elektronik bekas mereka saja, ini pun tanpa campur tangan dari pemerintah.

 

Jadi kesimpulan yang bisa kita lihat dari tulisan ini adalah memang nyatannya ketimpangan akses belajar antara kelas sosial atas dan kelas sosial bawah nyata adannya. Kualitas sekolah dan pengajar dari kelas sosial atas dan kelas sosial bawah memiliki gap yang sangat besar, perbedaan kulitas ini terasa dari sistem pembelajaran online maupun offline. Adanya pandemi yang mengharuskan dibuatnnya sistem pembelajaran online membuat gap atau jurang pemisah antara kelas sosial atas dan bawah semakin jelas, akses perangkat fasilllitas penunjang pembelajaran mereka sangat berbeda sehingga membuat pelajar kelas sosial bawah lebih tertekan dalam bersaing di arena pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun