Mohon tunggu...
Rosanita Yuentin Tiwa
Rosanita Yuentin Tiwa Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Inggris di UPTD SD Inpres Bungawaru-Kalabahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problem-Based Learning dan Metode NHT: Meningkatkan Keaktifan dan Minat Belajar Siswa SD

30 November 2022   11:56 Diperbarui: 30 November 2022   12:37 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         

Nama saya Rosanita Yuentin Tiwa, Saya adalah seorang guru Bahasa Inggris di UPTD SD Inpres Bungawaru dan saat ini merupakan salah satu peserta PPG Daljab 2022 kategori 2. UPTD SD Inpres Bungawaru berada di kota Kalabahi, Kabupaten Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur, salah satu surga di timur matahari. UPTD SD Inpres Bungawaru merupakan salah satu sekolah dasar di kota Kalabahai yang memiliki jumlah siswa yang tak sedikit. UPTD SD Inpres Bugawaru dalam 6 tahun terakhir ini selalu mengawali tahun pelajaran dengan jumlah siswa lebih dari 450 orang. Sebagai tempat untuk mencerdaskan generasi bangsa, terutama dalam menanggapi tuntutan jaman globalisasi dan digitalisasi, UPTD SD Inpres Bungawaru merupakan salah satu sekolah dasar di Kabupaten Alor yang telah memuat Bahasa Inggris dalam dokumen I KTSP sebagai salah satu pelajaran yang perlu diajarkan pada peserta didik. Bahasa Inggris merupakan salah satu substansi dari pelajaran Mulok yang diajarkan saat sekolah menerapkan kurikulum 2013, kemudian  menjadi pelajaran pilihan saat sekolah mulai menerapkan kurikulum merdeka di tahun 2022. Berkaitan dengan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar, melalui tulisan ini saya ingin berbagi hasil praktek mengajar yang saya anggap sebagai salah satu praktek baik yang telah saya lakukan pada siswa kelas V-B di UPTD SD Inpres Bungawaru khususnya pada materi "Shapes and Colors".

         Bahasa Inggris telah lama menjadi bagian integral dari sistem pendidikan Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran yang awalnya diajarkan di tingkat pendidikan menengah hingga tinggi, namun seiring berjalannya waktu, perubahan zaman dan system kehidupan, kebutuhan akan pengetahuan bahasa Inggris meningkat sehingga  memaksa adanya perubahan dalam program pengajaran bahasa Inggris. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, pemerintah akhirnya mulai memperkenalkan kelas bahasa Inggris pada jenjang pendidikan yang lebih rendah, yaitu jenjang pendidikan dasar yang termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal.

          Muatan lokal (mulok) adalah mata pelajaran  tentang potensi dan keunikan lokal suatu daerah. Pelajaran mulok sendiri bertujuan untuk untuk mengenalkan siswa terhadap keunggulan dan potensi dari daerah tempat tinggalnya. Meskipun demikian, beberapa sekolah dasar di kabupaten Alor telah menambahkan pelajaran bahasa Inggris dalam pelajaran Mulok. Di UPTD SD Inpres Bungawaru, pelajaran mulok memiliki 2 substansi yaitu pelajaran Pendidikan Lingkungan Sosial dan Budaya Daerah (PLSBD) yang mana diajarkan untuk membentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan lokal di Kabupaten Alor, serta pelajaran bahasa Inggris  yang mana diajarkan dengan tujuan mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahan komunikasi internasional dan bekal bagi peserta didik untuk menghadapi tuntutan zaman globalisasi. Berdasarkan tujuan itu, melalui kompetensi inti dan kompetensi dasar, pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan pada peserta didik sekolah dasar difokuskan pada pengenalan bunyi, pelafalan dan pengenalan terhadap kosa kata serta kalimat sederhana yang sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari..

          Maili (2018) menyebutkan bahwa bahasa Inggris pada sekolah dasar diperlukan dengan pertimbangan, pertama pada anak- anak usia dini belajar bahasa lebih mudah ditangkap; kedua pada zaman yang serba digital sekarang ini yang mana hampir semua sistem kehidupan menggunakan bahasa Inggris, dengan adanya bahasa Inggris pada sekolah dasar lebih mempermudah untuk menerima tehnologi yang digunakan. Ketiga, dengan diberikan bahasa Inggris pada sekolah dasar, secara otomatis ketika akan melanjutkan pada jenjang menengah peserta didik akan mudah menerima bahasa Inggris.

         Biasanya saat menemukan hal baru, anak-anak akan  berantusias dan memiliki keinginan yang besar untuk mempelajarainya. Demikian pula dengan Bahasa Inggris. Sebagai bahasa asing dan baru, diyakini siswa akan berantusias dalam mempelajarinya. Sayangnya dalam praktek pembelajaran di sekolah, siswa cenderung tidak aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dengan ekspektasi bahwa anak-anak merasa tertarik untuk mempelajari bahasa yang baru.

          Ketidakaktifan peserta didik dan kurangnya minat siswa dalam kegiatan pembelajaran sering ditandai dengan pasifnya peserta didik dalam merespon guru saat kegiatan pembelajaran, peserta didik menolak untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok serta cenderung diam saat presentasi sehingga bagian mereka harus dialihkan pada teman, peserta didik lebih asik berbincang dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru, nilai peserta didik yang tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimum serta kemampuan peserta didik dalam memahami dan mengucapkan bahasa Inggris yang masih rendah. Pada tahap ini, sangat penting bagi seorang pendidik untuk membuat perubahan dalam kegiatan pembelajarannya. Peserta didik perlu diyakinkan bahwa dalam mempelajari bahasa Inggris, hal yang paling penting bukan kemampuan otak tetapi keterampilan dalam menggunakan bahasa yang aktif dan dinamis. Aktif dalam mendengarkan dan mengucapkan sehingga bahasa Inggris yang dipelajari akan lebih mudah diingat dan diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

          Sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab akan keberhasilan dalam kegiatan pembelajarannya, terutama tanggung jawab dalam menghasilkan peserta didik yang berprestasi dan berkemampuan global, saya merasa sangat perlu melakukan praktek pembelajaran ini terutama untuk mengatasi masalah ketidakaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. Praktek pembelajaran ini saya bagikan karena saya yakin bahwa sebagian besar guru juga mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang saya hadapi saat melakukan kegiatan pembelajaran yang mana peserta didik sering tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan praktek pembelajaran ini, saya juga berharap dapat memotivasi diri sendiri juga guru lain untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta semoga praktek pembelajaran ini bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi guru lain tentang bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran khususnya ketidakaktifan siswa sekolah dasar dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris.

          Peran dan tanggung jawab saya dalam melakukan praktek pembelajaran ini adalah mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan dengan menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang tepat guna meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Saya juga bertanggung jawab untuk mengupayakan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan serta melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang telah saya rencanakan dalam RPP. Selain itu, saya juga bertanggung jawab menilai aktivitas pembelajaran baik penilaian sikap, pengetahuan maupun keterampilan siswa sebagai cara untuk mengukur keberhasilan dalam praktik pembelajaran ini.

          Berdasarkan hasil kajian literature, hasil wawancara pada Kepala Sekolah, Guru (Bidang Kurikulum) dan guru sejawat serta hasil refleksi saya atas kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan sebelumnya, diketahui bahwa tantangan dalam mencapai tujuan pembelajaran ini adalah siswa tidak tertarik dengan kegiatan pembelajaran, siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran, siswa tidak memahami materi, metode yang digunakan tidak sesuai, pembelajaran berpusat pada guru, guru tidak mengintegrasikan TPACK dalam kegiatan pembelajaran,  guru kurang memotivasi siswa, guru belum maksimal dalam mengelolah kelas, serta guru kurang memperhatikan siswa selama kegiatan pembelajaran.

          Kegiatan praktek pembelajaran yang saya lakukan ini pun tidak terlepas dari pihak-pihak yang selalu mendukung dan memotivasi saya. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan praktek pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

  • Peserta didik kelas V-B UPTD SD Inpres Bungawaru yang berjumlah 30 orang; yang terlibat langsung sebagai objek dari praktek pembelajaran ini.
  • Kepala Sekolah, Guru (Bidang Kurikulum), guru sejawat serta Pegawai Tata Usaha sekolah yang selalu mendukung dalam melaksanakan praktek pembelajaran ini.
  • Dosen Pembimbing serta Guru Pamong yang dipercayakan oleh Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk membimbing dan memotivasi dalam setiap rencana penyusunan praktek pembelajaran.
  • Teman-teman guru dalam kelas A - Pendidikan Bahasa Inggris, PPG Dalam Jabatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya tahun 2022 yang selalu mendukung terlaksananya kegiatan praktek pembelajaran.

          Berkaitan dengan tantangan dalam meningkatkan keaktifan dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran, langkah-langkah yang saya lakukan guna memecahkan masalah tersebut sebagai berikut:

  • Melakukan kajian literature serta wawancara  kepada beberapa pihak tentang solusi untuk mengatasi ketidakaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  • Menentukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi ketidakaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  • Merancang model pembelajaran yang dapat mengatasi ketidakaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.
  • Menyiapkan media pembelajaran berupa PPT dan Video pembelajaran
  • Menyiapkan LKPD sebagai alat ukur hasil pembelajaran yang mana diharapkan siswa tidak hanya aktif tetapi juga dapat memahami materi yang disampaikan guru.

          Strategi yang saya siapkan dalam mencapai tujuan praktek pembelajaran ini adalah menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) yang dikombinasikan dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Metode Number Head Together (NHT)Number Head Together (NHT) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaannya, siswa akan diberikan tugas kelompok untuk diselesaikan tetapi dalam menyampaikan hasilnya, siswa akan menyampaikan secara individu sesuai nomor yang telah disepakati kelompok.

         Metode ini sangat cocok digunakan dalam praktek pembelajaran ini terutama dalam kegiatan matching words & pictures serta dalam kegiatan membuat kalimat menggunakan media sentence builder cards yang diberikan secara acak untuk tiap anggota kelompok. Metode ini menuntut siswa untuk bertanggung jawab atas tugasnya tetapi juga tetap aktif dan mengutamakan kerja sama kelompok dalam menyelesaikan masalah yang akan dipecahkan dalam kelompok.

  • Media
  • Gambar & Kartu Kata ( Untuk kegiatan menjodohkan kata dan gambar)
  • Video
  • Sentence Builder Cards ( Untuk kegiatan membuat kalimat bahasa Inggris)
  • Picker Wheel Application ( sebagai media menentukan nomor dari siswa yang akan menyampaikan tugas

            Praktek pembelajaran ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan; pertemuan 1 pada tanggal 26 November 2022 dan pertemuan ke 2 pada tanggal 28 November 2022. Pelaksanaan praktik pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dengan mengacu pada sintak sebagai berikut;

  • Orientasi siswa pada masalah; pada tahap ini, saya menampilkan gambar Bumi dan meminta siswa mendeskripsikan warna dan bentuknya. Melalui beberapa pertanyaan penuntun, siswa menemukan masalah yang akan mereka selesaikan.
  • Mengorganisasikan siswa; pada tahap ini, siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok terdapat 5 siswa, kemudian setiap anggota kelompok menomorkan diri agar dapat bertannggung jawab atas tugas masing-masing. Pada tahap ini, guru memberikan gambar serta kartu kata (Shapes & Colors) dan meminta siswa untuk mencocokkan gambar dan kata tersebut. Kegiatan ini menuntut siswa untuk bekerja sama karna jika salah seorang siswa memilih kartu kata yang salah, maka akan ada beberapa teman yang menghasilkan jawban yang salah.  Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil. Siswa yang mempresentasikan hasil kerja akan dipanggil menggunakan aplikasi picker wheel. Jawaban yang disampaikan siswa sengaja tidak dikoreksi. Saya ingin siswa menemukan jawaban yang benar setelah mengikuti kegiatan lanjutan.
  • Membimbing penyelidikan individu atau group; Pada tahap ini, siswa menonton video dan melakukan kegiatan "listen and repeat" untuk melatih pelafalan bahasa Inggris dan memperkaya kosakata. Sambil menonton, siswa dapat mengoreksi hasil kerja mereka pada tes sebelumnya. Pada tahap ini juga siswa diminta untuk menganalisis struktur kalimat Simple Present Tense yang berkaitan dengan Shapes and Colors. Setelah mendapat penjelasan singkat dari guru, siswa kemudian diminta menganalisis beberapa kalimat yang kembali lagi akan disampaikan menggunakan metode  Number Head Together.
  • Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja; siswa diminta membuat kalimat Simple Present Tense menggunakan media sentence builder card. Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil. Masing-masing siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok melalui masing-masing anggota yang telah diberi nomor. Dalam kegiatan prsentasi, siswa dipanggil menggunakan aplikasi picker wheel. Pada kegiatan ini, tampak dengan jelas adanya antusias yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Tanggung jawab dalam menyelesaikan soal dan kemampuan dalam aktifitas HOTS yang secara spontan dilakukan saat kegiatan prsentasi.
  • Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; dalam kegiatan praktek ini, untuk kegiatan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah sudah dilaksanakan berdampingan dengan kegiatan presentasi.

          Dampak dari penggunakan model pembelajaran problem-based learning, metode Number Head Together (NHT) yang dikombinasikan dengan penggunaan media untuk meningkatkan keaktifan serta minat siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya untuk materi "Shapes & Colors"  pada siswa kelas V-B di UPTD SD Inpres Bungawaru, dengan yakin saya katakan efektif dan berhasil. Hal ini terindikasi dengan  meningkatnya aktivitas dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua, adanya kerja sama tim dalam memecahkan masalah kelompok, kemampuan siswa menganalisis struktur kalimat secara HOTS, siswa mempresentasikan hasil kerja secara individu dan tidak bergantung pada teman kelompok, siswa mampu berkomunikasi dengan guru , serta keberanian siswa mengucapkan kaliamat dalam bahasa Inggris. Praktek pembelajarn ini juga dinilai efektif dan berhasil yang ditandai dengan peningkatan nilai siswa saat mengerjakan tugas yang dibuktikan lewat hasil kerja. Pada praktek pembelajaran inipun saya mengindikasi adanya keterampilan 4C Pembelajaran abad 21 (Critical Thinking, Creativity, Collaboration dan Communication) dari peserta didik selama kegiatan pembelajaran.

          Berdasarkan hasil praktek pembelajaran ini, yang menjadi faktor keberhasilan dari upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Inggris terutama bagi siswa sekolah dasar adalah pemilihan metode yang tepat, media pembelajaran yang sesuai serta disiapkannya skenario pembelajaran yang sesuai dengan metode dan media. Selain itu keberhasilan dari praktik pembelajaran ini juga dikarenakan adanya sumberdaya pendukung pembelajaran berupa infokus dan loudspeaker untuk menampilakan video pembelajaran. Menurut saya, akan lebih baik lagi jika siswa dapat mengakses beberapa media pembelajaran online sebagai media untuk mengerjakan tugas atau mencari sumber ilmu lainnya (siswa tidak memiliki handphone/ laptop pribadi).

          Pembelajaran yang didapatkan dari seluruh proses praktek pembelajaran ini adalah  sebagai berikut:

  • Guru harus terus melakukan releksi atas setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan diri pada pembelajaran selanjutnya.
  • Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam memilih model pembelajaran.
  • Guru harus membuat/ menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik minat belajar peserta didik.
  • Guru harus mengintegrasikan TPACK dalam kegiatan pembelajaran terutama bagi peserta didik yang berada dijaman digitalisasi ini.
  • Pembelajaran berbasis pemecahan masalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi.
  • Metode Number Head Together sangat tepat dipakai untuk melibatkan seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan HOTS siswa.
  • Cooperative learning untuk mencapai kemampuan 4C (Critical Thinking, Communication, Creative Thinking, dan Collaboration) sebagai tujuan pembelajaran Abad 21.

                                                                                                                                              Kalabahi, 30 November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun