Faktor penyebab hustle culture
Selain faktor tuntutan masyarakat dan pengaruh media sosial, berikut penyebab lain dari adanya hustle culture di kalangan pekerja.
Toxic positivity merupakan pemikiran atau paham mengenai sesulit apapun keadaan yang ada kita tetap harus berpikiran positif. Hal tersebut mengakibatkan emosi negatif yang seharusnya diterima menjadi tertahan. Toxic positivity memaksa seseorang untuk selalu optimal walaupun kondisi sedang tidak baik, hal ini dapat menyebabkan kurang optimalnya hasil yang dikerjakan atau dampak yang buruk untuk kesehatan fisik dan mental, karena dapat menyebabkan stress dan gangguan kecemasan.
- Tidak mengenali diri sendiri
Tidak mengenali diri sendiri juga berarti tidak memahami batasan diri, sehingga tanpa disadari memaksa seseorang untuk melakukan segala hal. Hal ini sering dilakukan karena adanya perasaan tertinggal atas pencapaian orang lain dan tidak adanya tujuan atau career goal yang ingin dicapai secara jelas. Tidak mengenali diri sendiri dapat menyebabkan hal buruk, karena dapat menyebabkan kelelahan secara fisik dan mental karena berusaha untuk mengikuti standar kesuksesan orang lain.
- Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi mempermudah untuk melakukan komunikasi dan segala pekerjaan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab hustle culture karena dengan kemudahan tersebut orang orang menormalisasikan bekerja di manapun dan kapanpun tanpa adanya batasan sehingga mulai berpikir untuk dapat melakukan semua hal sekaligus.
Dampak hustle culture
Berikut beberapa dampak buruk yang ditimbulkan dari hustle culture
- Burnout
Burnout merupakan kondisi lelah secara fisik, emosi, dan mental. Burnout dapat mengakibatkan demotivasi dan rasa malas yang dapat mengakibatkan tidak produktif dalam bekerja. selain itu, burnout juga dapat menyebabkan permasalahan seperti tidak stabilnya emosi atau bahkan permasalahan kesehatan seperti sakit kepala yang parah.
- Tidak ada waktu untuk diri sendiri
Dengan terus memaksakan diri untuk melakukan pekerjaan, dapat menyebabkan waktu untuk diri sendiri berkurang. Waktu untuk diri sendiri merupakan salah satu hal yang penting dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dan mengembalikan kesehatan fisik serta mental setelah melakukan pekerjaan atau sering disebut dengan “work-life balance”.
- Merasa selalu kurang puas
Orang yang terjebak dalam budaya ini sulit untuk berhenti membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan cenderung tidak pernah merasa puas. Untuk memenuhi standar yang tidak realistis, mereka akan bekerja lebih banyak hanya untuk dianggap sukses.
Cara menyikapi hustle culture