Mohon tunggu...
Maria Rosaly Rafa
Maria Rosaly Rafa Mohon Tunggu... Model - Mahasiswi

Untuk mengejar cita-cita dan impian diperlukan pengorbanan untuk membuat tugas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Lois Fathiarini, Tattooist Perempuan Asal Jogja

12 November 2019   15:30 Diperbarui: 12 November 2019   15:49 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan sehari-sehari di Studio tatto. | dokpri

Industri tatto bukan merupakan bisnis yang asing lagi di Indonesia. Tidak hanya laki-laki yang bisa menjalankan profesi sebagai tatto artist namun seorang wanita pun bisa.

Lois Nur Fathiarini seorang seniman yang juga berprofesi sebagai seorang tatto artist, ditemui di Studio tattonya yang bernama "Carpe Diem" yang berada di bawah flyover Janti mengakui bahwa industri tatto merupakan industri yang eksklusif karena tidak banyak orang tahu mengenai apa yang terjadi di dalam studio tatto

"Industri tatto adalah industri yang eksklusif. Eksklusif dalam artian tidak semua orang tahu apa yang ada dalam studio tatto dan hanya orang-orang yang terjun ke dalamnya yang memahami"

Awal pertama kali Lois belajar membuat tatto adalah di tahun 2009, awalnya ia hanya bekerja sebagai shop manager di studio tatto keluarganya namun karena seiring banyaknya klien yang meminta Lois untuk membuatkan tatto dan ia melihat bahwa masih jarang perempuan yang bekerja sebagai tattoist maka ia mulai mencoba menekuni profesinya tersebut melalui apprenticeship yaitu belajar/magang dengan mentor mengenai suatu keahlian.

Pembuatan design tatto | dokpri
Pembuatan design tatto | dokpri
Setelah ia memahami mengenai teknis pembuatan tatto barulah di tahun 2010 Lois bekerja secara komersial di studio tatto milik keluarga.

Selain sebagai seniman tatto, Lois juga memiliki hobi di bidang musik, diakuinya bahwa ia sempat bergabung dengan sebuah band bernama "Lilith" yang memiliki genre musik Poprock/Metal, selain itu ia juga memiliki bisnis penjualan barang handmade seperti totebag, kaos, Flatshoes dan aksesoris yang proses pembuatannya ia kerjakan sendiri dari awal termasuk juga dengan menyulam. 

Lois yang merupakan lulusan arsitektur UGM memilih menekuni profesi sebagai tattoist karena ia mengakui bahwa menjadi seorang tatto artist juga memiliki tanggung jawab dan dampak yang besar karena selain membangun hubungan dengan klien dan harus bekerja sesuai SOP, melalui pembuatan tatto maka akan menimbulkan luka di tubuh klien dan bisa menyebabkan penyakit jika tidak dikerjakan sesuai standar.

Ibu dua orang anak ini juga sempat menjalankan proyek kecil untuk arsitektur namun Ia mengatakan bahwa pekerjaan sebagai arsitektur akan menyita waktu yang lebih banyak dengan keluarga, ditambah pula saat itu ia sudah tertarik dengan dunia tatto dan sudah berkeluarga sehingga ia lebih memilih profesi sebagai tattoist daripada ia harus bekerja dengan setengah-setengah dan tidak fokus pada pekerjaannya sebagai arsitek. Dengan begitu Lois juga bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengurus kedua buah hatinya saat itu.

Kegiatan sehari-sehari di Studio tatto. | dokpri
Kegiatan sehari-sehari di Studio tatto. | dokpri
Lois juga memiliki pendapat mengenai perempuan yang bekerja sebagai tatto artist bahwa mereka harus siap dengan stigma bahwa profesi ini adalah pekerjaan laki-laki karena berhubungan dengan mesin dan teknis, kemudian, misalnya mereka mendapat perlakuan yang berbeda dari klien atau sesama tatto artist, Lois berharap bahwa mereka dapat speak up dan mau berbaur dengan lingkungan pekerjaannya yang memang didominasi oleh laki-laki. Mereka dilihat bukan hanya karena cantik dan berpenampilan terbuka seperti menggunakan hot pants namun dibalik itu mereka juga memang memiliki karya yang bagus-bagus.

"Tentu ada stigma, bahwa ini kan memang berhubungan dengan mesin dan secara teknis juga rata-rata dikerjakan oleh cowok. Ketika cewek jadi tattoist apakah siap beradaptasi dengan lingkungannya berbaur dengan cowok-cowok, karena mungkin mereka tidak terbiasa punya teman yang cewek di profesinya. Tinggal mereka apa berani speak up atau engga tentang itu apakah nyaman digituin atau cuek dapat perlakuan dari klien atau rekan seperti itu"

Lois juga memaknai tatto sebagai motivasi juga doa. Karena setiap pembuatan tatto menurutnya harus memiliki hubungan dengan hidup. Misalnya tatto tradisional yang biasanya untuk menandakan perjalanan hidup sesorang, selain itu ketika orang ingin memiliki sebuah pengingat di kehidupannya maka mereka bisa membuat tatto dengan design tulisan yang menggambarkan hidup mereka sehingga tatto lebih memiliki makna dari hanya sekedar untuk penampilan.

Selama menjalani profesi sebagai Tatto artist, Lois mengatakan bahwa Ia juga mendapatkan pengalaman yang luas dari interaksi dengan kliennya, bahkan mengenai isu-isu yang sedang terjadi. Klien pun berasal dari beragam latar belakang dan profesi mulai dari dokter, calon pastor, pekerja tambang hingga ibu rumah tangga, hal ini pula yang membuatnya memiliki banyak pengetahuan dan kenalan.

"Pengalaman berkesan ku, ya.. banyak klien yg bisa jadi teman. Karena sesi konsultasi jadi sedikit banyak tahu, tahu kesukaan, kebiasaan dan bisa diskusi hal-hal diluar tatto. Dapat pandangan luas tentang berbagai isu-isu."

Lois juga mengatakan bahwa ia tetap keep in touch dengan para kliennya.

Studio tatto
Studio tatto
Mengenai pandangan masyarakat umum mengenai tatto, Lois juga memberi saran pada kliennya bahwa mereka harus siap dengan pendapat orang di luar sana, sehingga ia menyarankan kepada orang yang memiliki tatto masih sedikit atau baru akan membuat tatto untuk tidak membuatnya di bagian tubuh yang akan terlihat jelas seperti tangan, jari, leher dan muka sebaiknya membuat di bagian tubuh yang tertutup sehingga dapat menutupi tatto tersebut dan menyadari bahwa tatto bukan hanya sekedar aksesoris yang dapat dibeli di toko namun akan melekat selamanya dan menjadi tanda di tubuh klien tersebut.

Lois pun meyarankan untuk para klien yang akan membuat tatto untuk mengkonsultasikan langsung dengan tatto artisnya atau pergi langsung ke studio tatto. Ia pun berpesan bahwa klien harus cerdas dan tidak mudah percaya dengan media, karena kembali lagi bahwa industri tatto itu eksklusif, tidak banyak orang yang tahu mengenai dunia tatto dan hanya sekedar opini-opini yang tidak memiliki fakta atau bukti.

"Jadi kalo kita tidak kasih tau ke klien atau media, mereka akan terus mempublish informasi yang masih di awang-awang dan akan membingungkan klien"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun