Mohon tunggu...
Rosalita Dian
Rosalita Dian Mohon Tunggu... -

Yogyakata-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekurangan Bukanlah Penghambat untuk Berkarya

30 April 2014   18:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:01 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Rosalita Dian

Pria kelahiran Kediri12 Juli 1957 inimengaku sejak kecil sudah menyukai kesenian, khususnya seni patung. Beliau ada Win Dwi Laksono. Tumbuh dan besar di keluarga seniman, membuat pria 57 tahun ini tertarik mengikuti jejak omnya di dunia seni patung. Sejak kecil pria yang sering dipanggil pak win ini, sudah gemar menggambar, sampai pada akhirnya beliau memilih melanjutkan pendidikan selanjutnya di Institut Seni Indonesia.Di rumahnya didaerah Kadipiro Jogja, Win Dwi Laksono menyimpan berbagai koleksi patung-patungnya. Puluhan patung-patungnya tertata rapi di rumahnya, mulai dari patung yang berukuran kecil sampai patung yang berukuran besar. Patung-patungnya pun beragam mulai dari patung bentuk wajah, patung yesus , patung bunda maria, sampai patung Soekarno. Bangunan rumah Win Dwi Laksono pun dari luar sudah sangat mencerminkan bahwa pemiliknya adalah seorang seniman. Tidak jauh dari rumahnya, berjarak sekitar 200 meter , Win Dwi Laksono membangun sebuah rumah joglo yang asri, di joglo yang berukuran cukup luas itu Win Dwi Laksono menyimpan koleksi-koleksi patungnya usai mengikuti pameran atau pagelaran patung.

Sakit folio yang dideritanya sejak usia dini, tidak pernah dijadikan penghalang olehnya untuk berkarya dan melanjutkan cita-citanya untuk menjadi seorang pematung. Folio bukanlah sebuh musibah, tapi itu merupakan anugerah yang tuhan berikan untuknya. Pak Win tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang dialaminya, bahkan dia selalu bersyukur dengan apa yang tuhan berikan pada dirinya dan keluarganya. Tuhan itu luar biasa, itulah salah satu kalimat yang selalu dijadikan pedoman dalam hidupnya. Tidak perlu minder dengan kekurangan yang tuhan berikan, karena dibalik itu semua kekurangan itu akan menjadi hal yang membanggakan jika bisa mengasah talenta yang tuhan berikan.

Secara umum Win Dwi Laksono mengaku folio menjadi salah satu hambatandirinya dalam mematung, tapi jika kendala dan hambatan itu tidak dijadikan beban olehnya. Pak Win terus berkarya menghasilkan patung-patung pesanan sampai luar jawa, salah satunya adalah pesanan patung dari Raja Ampat, patung berbentuk tuhan yesus yang tingginya mencapai 20 meter. Banyak cara yang dilakukan oleh Pak Win untuk menyelesaikan patung-patung pesanan yang tingginya berukuran lebih dari lima meter. Namun, sampai saat ini dia belum pernah menolak pesanan patung, selagi masih ada waktu dan bisa diselesaikan, pak win selalu menerima pesanan patung-patung tersebut .

Di galerinya yang bernuansa Joglo sangatlahsejuk karena berada di tengah-tengah hamparan sawah. Di jalan wates, tepatnya didepan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta itulah, Win Dwi Laksono mengerjakan patung-patung pesanan dan patung-patung yang akan dipamerkan di pameranny, dibantu oleh beberapa asistenya Win Dwi Laksono menyelesaikan setiap patungnya dengan sangat cermat dan hati-hati. Win Dwi Laksono pernah membuat dua patung berbentuk tangan , yang ukurannya cukup besar, patung yang awalnya dibuatrangkanya terlebih dahulu, kemudian dilapisi tanah liat, merupakan pesanan dari salah satu pemakaman di daerah karawang yaitu San diego hills, tidak hanya dua patung berbentuk tangan Win Dwi Laksono juga sedang membuat patung perempuan yang tingginya hampir 2 meter. Segala sesuatunya dikerjakan sendiri oleh Pak Win. Walaupun dibantu asistenya, pak win tetap terjun langsung mengawasi pembuatan patung, menurutnya proses pembuatan satu patung bisa memakan waktu satu sampai tiga bulan.

Ayah dari dua orang anak ini menganggap folio bukan menjadi penghalang untuk terus berkarya. Win terus membuat patung, tak jarang beliau juga mendapat pesanan patung yang ukurannya tinggi dan besar. Namun dengan berbagai cara dan dibantu asistenya beliau tetap bisa menyelesaikan pesanannya tepat pada waktunya. Pak Win memberikan inspirasi, betapa kekurangan bukanlah hal yang harus disesali. Tapi buktikanlah bahwa dengan kekuranganpun kita masih bisa tetap berkarya, meski awalnya banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap kemampuannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun