Tante mengamati soal-soal itu, “Hm.. ini kan angkanya langsung dihitung aja? Terus dimasukin di titik-titik itu.” jawab Tante.
“Oh, langsung ngitung biasa gitu to?” tanya Mama memastikan lagi.
“Iya, Lia udah bisa ngitung kurang-kurangan kan?” jawab Tante sambil memberikan buku itu kembali. Lia mengangguk dan menerimanya, lalu menulis angka 11 untuk soal nomor 1. Sebuah tanda tanya besar membengkak di kepalanya, tapi dikerjakannya juga saran Tante sambil menunggu kak Hendri. Sedangkan Mama dan Tante mengobrolkan hal yang lain sambil mengwasi ketiga anak kecil itu bermain-main. Beberapa saat kemudian muncullah kakak Hendri di toko.
“Ini lho Hen, Lia mau tanya PR matematika.” Tante memanggil anak sulungnya yang sudah muncul kembali di toko. Kak Hendri berjalan memutar melewati rak-rak dan etalase toko, menghampiri Lia dan buku kotaknya.
“Soal apa?” tanya kak Hendri dengan tenang. Dia memang selalu tenang setiap saat.
“Matematika, kok ini 18 – 7 = n kenapa?” Lia menunjukkan PRnya.
“Oh ini, ya udah langsung aja diitung 18 – 7 berapa, tulis aja di sini. Nah ini kok udah bisa?” kak Hendri memeriksanya sebentar lalu memandang wajah Lia dengan wajah bersemangat, “Udah bener semua kok.”
“Tapi tadi cuma ngitung biasa.” jawab Lia masih ragu.
“Ya emang ngitung biasa aja, udah bener semua tuh.” kak Hendri berusaha meyakinkan.
“Tapi kok 'n'-nya berubah-berubah kenapa?”
“Ya nggak pa-pa.” jawaban kak Hendri dengan senyum tenang. Dia memang sangat pintar, banyak PR Lia yang sudah dibantunya dan selalu bagus. Di kelas 5 pasti pelajarannya sangaaaaaat susah. Tapi dia selalu naik kelas sampai sekarang, makanya Lia percaya sama jawabannya. Horeee besok tidak akan dijitak oleh pak guru!! Tapi sejujurnya di dalam hati Lia masih gelisah memikirkan huruf 'n' yang misterius ini.