Lia menggeleng, “Pak guru nggak bilang apa-apa.”
“Apa nanti sore kita ke rumah Tante aja, tanya sama kakak Hendri mungkin ngerti?”
Lia mengangguk, membawa kembali bukunya ke meja tamu yang dijadikannya meja belajar tiap hari. Dilihatnya kedua adiknya sedang asyik bermain. Enak sekali jadi anak kecil, nggak perlu mikir yang susah-susah. Andy masih berumur 2 tahun dan hanya tahu bermain dan makan. Sedangkan Melly yang sudah duduk di bangku TK juga boleh bermain kalau tidak suka belajar menulis. Itulah enaknya jadi anak TK, kalau tidak suka belajar boleh main. Tapi suatu hari nanti mereka juga akan masuk kelas 2 yang sangat sulit, dan pastinya akan dihukum kalau tidak mengerjakan PR. Kemarin saja, Lia mendapat 3 jitakan di kepala karena salah mengerjakan 3 soal. Aduuuh.. siap-siap besok akan dapat sepuluh jitakan dari pak guru!
***
Sore hari, Mama mengajak Lia, Melly dan Andy ke rumah Tante yang tidak terlalu jauh. Tentu saja buat Melly dan Andy ini adalah acara bermain yang menyenangkan, di sana nanti mereka akan bertemu dengan Lely yang sekelas dengan Melly di TK. Mereka akan bermain bersama, bersenang-senang, sampai tidak mau pulang lagi.
Tapi bagaimana dengan Lia? Nanti akan bertemu dengan kakak Hendri, lalu diajarin soal-soal yang sangat sulit. Pusing, pusing deh! Tapi ya mau bagaimana lagi, jadi anak SD mungkin memang harus begini. Jangan-jangan Lia tidak akan sanggup melewati kelas 2 ini, berarti tidak bisa naik kelas? Iya, pastilah nggak naik kelas, soalnya pelajaran di kelas 3 pasti lebih sulit lagi!
“Hei hei, rame-rame ke sini?” sapa Tante yang sedang menyapu di halaman tokonya.
“Iya ini Lia mau tanya PR matematika sama Hendri.” jawab Mama.
“Hendri lagi mandi bentar lagi selesai.” jawab Tante menyandarkan sapunya. Melly dan Andy langsung berlarian di halaman itu. Buat mereka, di manapun adalah taman bermain yang menyenangkan, oh.. enaknya jadi anak kecil. Sedangkan Lia membuka buku kotaknya, kembali memikirkan 'n' yang misterius itu.
“Coba Tante liat?” tanya Tante ingin tahu. Lia menyodorkan bukunya tanpa berkata apa-apa, tapi Mama yang menjelaskan persoalannya pada Tante.
“Ini lho, kok semuanya bisa sama dengan n kenapa ya?” kata Mama menunjuk sederetan huruf n di halaman buku itu.