Mohon tunggu...
Rosalia Rosalia
Rosalia Rosalia Mohon Tunggu... -

Saya seorang pecinta cerita, melalui cerita saya melihat banyak hal dan belajar mencintainya.\r\nhttp://www.facebook.com/pages/Pecinta-Cerita/166385583407281

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Uuh... aku nggak mau jadi pembohong! #4

24 Januari 2011   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Deni, ayo Ayah temani ke kelas.” kata Ayah sekali lagi, lalu Deni merasakan pundaknya dipegang oleh tangan yang besar. Deni mengangkat wajahnya lalu terkejut melihat ayahnya sudah berdiri di depannya.

“Ayah? Kok Ayah di sini???” seru Deni kaget sekaligus senang.

“Ayo, jangan takut. Nanti Ayah akan bicara dengan bu guru soal teman-temanmu.” Ayah membantu Deni berdiri, lalu menggandeng tangannya menuju ke kelas. Deni langsung menancapkan wajahnya ke dada ayahnya lalu menangis dalam pelukan ayahnya. Ayah sangat terkejut dengan sikap Deni, dikiranya Deni terlalu takut untuk masuk ke kelas karena teman-temannya yang sangat jahat.

“Deni, ayo jangan takut. Ayah yang akan bicara dengan guru.” kata-kata Ayah ditujukan untuk menghibur hati Deni, tapi Deni justru semakin takut.

“Ayah.. jangan bilang sama guru. Deni mau ngaku.” dilepaskannya kedua tangan yang sedang memeluk pinggang Ayah.

“Mau ngaku? Mengaku apa Deni?” tanya Ayah bingung melihat sikap Deni.

“Seee.... se... sebenarnya Deni sudah berbohong.” ucap Deni akhirnya. Matanya mulai memanas dan terasa ada air yang akan mengalir ke luar. Ingin sekali Deni membendungnya, tapi sulit sekali menahan perasaan yang dari tadi menghantuinya.

“Berbohong tentang apa?” Ayah semakin bingung dengan penjelasan itu.

“Huu... huuu.. Deni bilang ke teman-teman kalau Ayah punya mobil baru.” katanya sambil menangis, air matanya benar-benar keluar! Bersamaan dengan itu, batu besar yang menyumbat nafasnya serasa hilang seketika.

“Oh, jadi itu yang membuat kamu tidak mau diantar ke sekolah?” Ayah bertanya dengan tegas pada Deni. Suara Ayah terdengar berat dan menakutkan, mungkin sekarang Deni akan dipukul.

“Iya... huuuu... Ayah, maafkan Deni.” pinta Deni sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun