“Deniii!!” Bagus berteriak memanggilnya sambil berlari-lari keluar dari sebuah gang kecil. Kakinya yang kurus terlihat seperti tongkat kayu dilempar-lempar.
“Tunggu Den!” teriaknya lagi setelah melihat Deni sudah menoleh ke arahnya. “Hh! Hh! Kita bareng yuk.” ajak Bagus dengan nafas agak tersengal-sengal. Rumah Bagus berada di dalam gang kecil itu.
“Yuk!” Deni senang mendapat teman berjalan kaki ke sekolah, memang benar kata Ayah kalau jalan dari sini agak jauh. Sekarang jadi lebih menyenangkan karena ada teman.
“Kenapa kamu jalan kaki Den? Orang tuamu kan punya mobil?” tanya Bagus tanpa disangka-sangka. Belakangan ini memang Deni mengarang cerita bahwa ayahnya sudah mendapatkan jabatan yang tinggi di kantornya dan sudah membeli mobil baru. Nah, sekarang Deni harus berpikir sejenak untuk membuat cerita sambungannya.
“Oh, eh, iya.” jawab Deni sambil berpikir. “Iya soalnya kan kalo jam segini di depan sekolah sering macet, jadi mendingan aku jalan aja biar lebih cepat. Soalnya pak sopir harus mengantar ibuku shopping ke mall.”
“Hah, shopping kok pagi banget?” sahut Bagus terkejut, dan Deni pun terkejut juga dengan reaksi Bagus. Aduh, iya juga ya masa ada shopping ke mall pagi-pagi??
Sekali lagi Deni berpikir, lalu menjawab dengan cerita baru, “Hari ini shoppingnya di Surabaya sih Gus, kan harus berangkat pagi biar nggak kena macet di lumpur Lapindo.”
“Oh gitu, kamu ngalah dong sama ibumu?” ucap Bagus kagum.
“Yaa.. gitu deh.” Deni tersipu malu karena dipuji. Oops! Tunggu sebentar, kenapa harus bangga? Bukankah hal itu tidak pernah terjadi? Tidak, Deni tidak sedang mengalah dengan ibu soal mobil. Berarti perasaan bangga itu tidak sah!
“Sopirmu juga beruntung lho Den, pasti seneng kalau anak majikan baiknya kayak kamu. ”
“Iya.” jawab Deni mulai gelisah, hatinya tidak tenang disebut anak baik. Apanya yang baik kalau semua itu hanya bohong-bohongan? Sepanjang jalan Deni terus berpikir, kenapa ya kok jadinya terus-terusan berbohong? Padahal awalnya dulu hanya iseng saja ketika Bobby menceritakan mobil barunya. Waktu itu jam istirahat, Deni, Bagus dan Bobby jajan bareng di kantin. Bobby menceritakan mobil baru di rumahnya dengan bangga. Saat itu Deni tidak dapat menahan diri untuk ikut bercerita, maka dibuatnyalah cerita bohong-bohongan tentang mobil baru ayahnya. Ketika Bobby dan Bagus bertanya mengapa membeli mobil, Deni pun membumbui cerita bohongnya itu dengan kenaikan jabatan Ayah. Padahal sebenarnya ayah Deni belum naik jabatan.