Mohon tunggu...
Rosa Folia
Rosa Folia Mohon Tunggu... Independent Writer -

Bachelor of Arts in International Relations from Universitas Airlangga; Master of Arts in International Relations from Universitas Gadjah Mada. Politics, social, culture, football (not necessarily in that order). [Twitter: @folia_deux] [E-mail: rosafolia20@gmail.com]

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketidakadilan yang Membawa Solidaritas di Dalam Stadion

8 September 2016   18:37 Diperbarui: 8 September 2016   21:51 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola bukan melulu soal siapa pemenang derby Manchester, transfer termahal, atau duel sengit antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi untuk menjadi pemain terbaik dunia. Sepak bola punya sisi lain yang memang tidak glamor, tapi justru mampu memberi makna lebih pada olahraga ini – lebih mahal dari nilai klub terkaya dunia, Guangzhou Evergrande – yakni, solidaritas.

Salah satu yang paling menarik perhatian belakangan ini adalah aksi solidaritas yang dilakukan lebih dari 100 anggota Green Brigade, pendukung ultras kesebelasan Celtic (Liga Skotlandia), yang mengibarkan bendera Palestina saat laga kualifikasi Liga Champions melawan tim asal Israel, Hapoel Be’er Shava, pada 17 Agustus 2016 lalu di Glasgow.

Aksi ini langsung mendapat teguran dari UEFA dan badan sepak bola Eropa tersebut memutuskan untuk mendenda klub dengan jumlah yang baru akan diketahui setelah sidang pada 22 September mendatang. UEFA memang punya peraturan yang melarang adanya pesan-pesan politik selama pertandingan.

Ini bukan kali pertama Celtic menantang UEFA demi rasa solidaritas. Celtic Park, kandang Celtic, sudah akrab dengan bendera Palestina dan Basque di sejumlah pertandingan sejak tahun 1980an. Memang hal ini wajar mengingat sejarah Celtic sebagai klub yang lahir dari komunitas pengungsi Katolik Irlandia yang tertindas di Glasgow pada abad 20. Seiring waktu, Celtic dan Green Brigade kerap mengasosiasikan diri dengan isu-isu sayap kiri.

Rupanya tidak hanya Green Brigade, Pasoepati yang merupakan pendukung loyal Persis Solo juga tergerak untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina. Pada saat pertandingan uji coba timnas Indonesia kontra Malaysia di stadion Manahan Solo kemarin, ribuan Pasoepati memperlihatkan koreografi bertuliskan “GARUDA” yang kemudian berganti gambar bendera Palestina.

Koreografi Tulisan GARUDA Oleh Pasoepati (sumber: CNN Indonesia)
Koreografi Tulisan GARUDA Oleh Pasoepati (sumber: CNN Indonesia)
Koreografi Berbentuk Bendera Palestina Oleh Pasoepati (sumber: Youtube)
Koreografi Berbentuk Bendera Palestina Oleh Pasoepati (sumber: Youtube)
Dilansir dari CNN Indonesia, Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferrachtriawan, mengatakan bahwa mereka menyiapkan koreografi itu sejak empat hari sebelum hari pertandingan. Mereka ingin menyiapkan atraksi spesial sebab laga uji coba kemarin juga spesial. "Akhirnya munculah ide itu, konsep Garuda Save Palestina."

Ginda menjelaskan aksi tersebut bukanlah aksi politik, melainkan bentuk solidaritas dan fair play yang seharusnya ada di sepak bola. Tidak seperti Celtic, memang tidak ada kabar bahwa timnas atau Pasoepati akan didenda oleh pihak manapun, tetapi koreografi tersebut cukup menguras tenaga dan uang. Sejak pukul enam pagi mereka harus bersiap-siap di stadion. Belum lagi usaha untuk mengkoordinasi mereka yang merupakan penonton umum di tribun itu. Koreografi ini juga memakan dana 9 juta rupiah yang diperoleh dari sumbangan sukarela anggota Pasoepati.

Aksi tersebut pun mendapat perhatian dari akun @FutbolPalestine :

(sumber: Twitter @FutbolPalestine)
(sumber: Twitter @FutbolPalestine)
Pemerintah Indonesia sendiri memang secara aktif mendeklarasikan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Mayoritas rakyat Indonesia, terutama komunitas Muslim, juga tidak kalah vokal dalam meminta Israel menghentikan penindasan terhadap penduduk Palestina. Kini, giliran pendukung sepak bola dalam negeri yang berbicara untuk mengangkat isu ketidakadilan dari dalam stadion di pertandingan – pertandingan yang dianggap penting.

Isu pengungsi yang dipolitisasi oleh berbagai pihak, termasuk di benua Eropa, juga tidak luput dari perhatian para pendukung sepak bola. Para pengungsi yang harus melarikan diri dari ISIS maupun kemiskinan akibat invasi pasukan koalisi Amerika Serikat di Irak, Afghanistan, maupun Libya dan bersusah payah menuju Eropa dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik justru memperoleh diskriminasi, mulai dari dianggap hanya akan mengambil keuntungan dari pemerintah Eropa hingga mendapat tuduhan sebagai teroris.

Untuk isu ini, pemain, pelatih, dan officials dari AEL Larissa dan Acharnaikos (klub Liga Yunani) melakukan protes terhadap perlakuan yang diterima para pengungsi dengan duduk di lapangan selama dua menit sebelum pertandingan dimulai pada 30 Januari 2016 lalu. Mereka juga mengaku aksi ini sebagai bentuk keprihatinan atas begitu banyaknya pengungsi yang meninggal di Laut Aegea.

Bentuk Protes Para Pemain AEL Larissa dan Acharnaikos Atas Isu Pengungsi di Eropa (sumber: Protothema)
Bentuk Protes Para Pemain AEL Larissa dan Acharnaikos Atas Isu Pengungsi di Eropa (sumber: Protothema)
Borussia Dortmund dan FC St. Pauli yang merupakan klub Bundesliga pun tidak ketinggalan dalam menyuarakan solidaritas terhadap para pengungsi. Pada 8 September 2015, kedua tim yang bertemu dalam laga persahabatan di Millerntor-Stadion, markas FC St. Pauli, menunjukkan spanduk bertuliskan “Refugees Welcome” sebelum kick off.

Spanduk Bertuliskan “Refugees Welcome” Oleh Para Pemain FC St. Pauli dan Borussia Dortmund (sumber: Bundesliga)
Spanduk Bertuliskan “Refugees Welcome” Oleh Para Pemain FC St. Pauli dan Borussia Dortmund (sumber: Bundesliga)

Sebelumnya, pada April 2015, ratusan pendukung klub-klub Bundesliga juga berkoordinasi untuk mendukung keberadaan para pengungsi dengan mengibarkan spanduk-spanduk “Refugees Welcome” selama pertandingan berlangsung. Selain Borussia Dortmund, ada Werder Bremen dan Hertha Berlin yang berpartisipasi.

Aksi Solidaritas Pendukung Borussia Dortmund (sumber: The Telegraph)
Aksi Solidaritas Pendukung Borussia Dortmund (sumber: The Telegraph)
Aksi Solidaritas Pendukung Werder Bremen (sumber: Berlino Magazine)
Aksi Solidaritas Pendukung Werder Bremen (sumber: Berlino Magazine)
Aksi Solidaritas Pendukung Hertha Berlin (sumber: Berlino Magazine)
Aksi Solidaritas Pendukung Hertha Berlin (sumber: Berlino Magazine)
Sebenarnya ada cukup banyak aksi-aksi solidaritas lain yang ditunjukkan baik oleh pemain maupun pendukung sepak bola dari dalam stadion. Sebagai pendukung Liverpool, saya tersentuh dengan berbagai tribut yang diberikan oleh klub-klub lain untuk 96 korban Tragedi Hillsborough yang terjadi pada 15 April 1989 saat semifinal FA Cup antara Liverpool dan Nottingham Forest di Hillsborough Stadium.

Seluruh pendukung Liverpool dan Everton paham rivalitas antara kedua klub Merseyside ini. Namun, pada tahun 2012 Everton yang menjadi tuan rumah lawan Newcastle United ikut mengadakan a minute for silence sebagai bentuk tribut kepada 96 korban Tragedi Hillsborough.

Tribut Untuk Tragedi Hillsborough dan 96 Korban Meninggal oleh Everton dan Newcastle United di Goodison Park tahun 2012 (sumber: Daily Mail)
Tribut Untuk Tragedi Hillsborough dan 96 Korban Meninggal oleh Everton dan Newcastle United di Goodison Park tahun 2012 (sumber: Daily Mail)
Contoh lain adalah para pendukung Villareal yang mengibarkan bendera bertuliskan “96 You’ll Never Walk Alone” saat melawan Liverpool di babak semifinal Europa League pada 28 April 2016 di El Madrigal Stadium.

Bentuk Solidaritas Pendukung Villareal Terhadap Korban Tragedi Hillsborough (sumber: Liverpool Echo)
Bentuk Solidaritas Pendukung Villareal Terhadap Korban Tragedi Hillsborough (sumber: Liverpool Echo)
Mungkin ada beberapa pihak yang sinis apakah tindakan-tindakan ini mampu memberi dampak signifikan terhadap berkurangnya ketidakadilan yang ada di berbagai belahan dunia. Tentu saja pengibaran spanduk maupun bendera saja tidak akan mampu mengubah dunia. Namun, dengan sepak bola yang telah menjadi satu diantara sedikit industri yang paling menguntungkan, para pelaku dan penikmatnya punya tanggungjawab minimal untuk terus menggaungkan isu-isu ketidakadilan agar semakin mendapat perhatian dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun