Dalam berbagai macam profesi, inspirasi merupakan satu hal penting yang memungkinkan pelaku-pelakunya mampu menempuh beberapa kilometer ekstra untuk mencapai impiannya. Begitu juga yang terjadi di sepak bola. Para pejuang lapangan hijau pun butuh inspirasi agar berlari semakin kencang, melakukan tackling brilian, memberi umpan tepat sasaran, bertahan lebih baik, serta mencetak skor.
Tidak bisa dipungkiri, sederetan klub sepak bola juga menggunakan siasat ini untuk meyakinkan fans bahwa tim yang mereka dukung tidak sedang main-main. Mereka serius ingin memenangkan trofi. Salah satunya Liverpool. Klub Merseyside ini cukup suka melempar kutipan-kutipan dari para legenda untuk membangkitkan optimisme para pemain dan pendukung.
Contoh paling mutakhir adalah adanya kutipan mantan pelatih The Reds, Gérard Houllier, di jersey Liverpool musim 2016/2017 yang berbunyi: All Liverpool Players Must Play Like A Lion (Semua Pemain Liverpool Harus Bermain Seperti Seekor Singa).
Rupanya hal itu tidak terjadi di minggu kedua EPL. Faktanya, Liverpool harus dipermalukan oleh Burnley, sebuah tim promosi yang harus 'mencuri' jersey tim lain (ehm..Aston Villa) untuk memperoleh inspirasi. Tidak. Anda tidak sedang salah baca. Dalam buku berjudul 'Burnley FC Miscellany: Everything You Ever Needed To Know About The Clarets' karangan David Clayton disebutkan bahwa Burnley memang “mencuri” jersey Aston Villa dalam hal warna dan desain.
Keputusan itu diambil pada tahun 1910 saat Burnley benar-benar terpuruk di Divisi Satu. Kala itu, Aston Villa adalah an unstoppable force yang mendominasi persepakbolaan Inggris. Alasannya sangat mendasar, yakni, agar Burnley terinspirasi perjuangan dan keberhasilan The Villans. Entah berhubungan atau tidak, tapi pada 1914 Burley menjuarai FA Cup, dan Divisi Satu (kini EPL) pada 1920.
Maka kemudian Burnley punya julukan The Clarets karena warna jersey yang menyerupai anggur merah tersebut dimana sejatinya merupakan ciri khas Aston Villa. Sebelum itu, Burnley mengalami krisis identitas sehingga terus berganti-ganti warna dan desain jersey. Salah satu blogger bahkan melontarkan kalimat bernada sarkas bahwa “warna anggur merah dan biru diketahui semua orang di luar Burnley sebagai warna Aston Villa”.
The Little Magician, Coutinho, seperti kehilangan kekuatan magisnya di sepanjang pertandingan. Sturridge, yang bermain menggantikan posisi Mané, melakukan kecerobohan yang membuat Burnley melakukan serangan balik dan berbuah gol kedua. Dia pun sepertinya bingung harus melakukan apa di lapangan sehingga digantikan oleh Origi.
Wijnaldum, Henderson, Lallana pun tidak bisa berbuat banyak di area tengah lapangan. Henderson, sebagai kapten, tidak memberikan kontribusi nyata selama 90 menit. Banyak juga yang dibuat bingung atas keputusan Klopp memainkan Milner sebagai bek kiri. Mungkin itu caranya melindungi Moreno yang sebelumnya digempur habis-habisan dengan berbagai kritikan pedas. Tapi toh nyatanya Moreno tetap masuk sebagai pengganti Milner.
Bagaimana dengan pertahanan? Gol pembuka Burnley di menit ke-2 merupakan hasil dari ketidakhati-hatian Clyne. Klavan, meski di beberapa kesempatan bermain cukup baik, tapi tidak cukup meyakinkan. Gol Andre Gray di menit 37 juga merupakan hasil kontribusinya.
Berkat hasil 2-0 semalam, Burnley mematahkan rekor tidak pernah menang dari Liverpool di Liga Primer Inggris. Sebagai informasi, sebelum ini Burnley hanya bertemu Liverpool sebanyak empat kali dan kalah di keempat pertandingan tersebut. Gol Sam Vokes adalah gol pertamanya di EPL, sekaligus mengakhiri puasa gol selama 28 pertandingan. Pfiiuuhhh....
Pendukung Burnley pun kini punya hak menyombongkan diri di hadapan pendukung Aston Villa dan Liverpool. “In your face!”
Sumber gambar:
www.skysports.com
www.metro.co.uk
www.premierleague.com
www.espnfc.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H