Mohon tunggu...
R. Elizabeth
R. Elizabeth Mohon Tunggu... Administrasi - Fans Hiburan Korea dan Jepang

Selama kita hidup, kita akan terus berpikir dan belajar. Dengan demikianlah kita menjadi manusia yang memanusiakan diri sendiri dan sesama kita.

Selanjutnya

Tutup

Film

Makna Foto Keluarga dan Pengabadian Memori dalam Film Jepang "Asadake!" (2020)

22 Juni 2021   01:53 Diperbarui: 22 Juni 2021   02:50 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tatapan penuh makna ke arah lautan yang dibayangi temaram senja, ayahnya hanya menjawab bahwa ia baik-baik saja dengan pilihannya. Ibu mereka selalu ingin menjadi suster, maka ayahnyalah yang mengerjakan urusan rumah. Selain itu, ayahnya merasa bangga bisa membesarkan Masashi dan kakaknya dengan baik. Itu sudah cukup. Masashi bertanya memangnya dulu ayahnya ingin jadi apa. Pemadam kebakaran, jawabnya. Setelah mendengar jawaban itu, Masashi kemudian seperti mendapat pencerahan mengenai apa yang ingin dia potret. Ia ingin mewujudkan mimpi-mimpi yang sudah lama tertidur dalam sanubari anggota keluarganya, seperti mimpi polos seperti anak kecil yang mereka lupakan karena harus menyerah pada kenyataan.

Masashi kemudian memulai seri pemotretan keluarga Asada. Pertama-tama Masashi mewujudkan keinginan ayahnya untuk merasakan menjadi pemadam kebakaran. Untuk hal ini, sang ibu dan Masashi mendorong kakaknya untuk membujuk temannya yang berprofesi sebagai pemadam untuk meminjamkan seragam dan mobil pemadam untuk pemotretan foto keluarga. Walau sebenarnya itu permintaan yang mustahil diminta oleh orang yang punya akal sehat yang cukup, tapi sang kakak benar-benar membungkukkan badan dan memohon pada temannya hingga temannya mengalah. Meski awalnya sang kakak tidak begitu bersedia, namun sebenarnya ia selalu ingin ayah ibunya bahagia dan ia tahu Masashi adalah orang yang paling mampu melakukan hal tersebut. Tugasnya adalah mendukung Masashi agar hal itu terjadi. Sampai akhir, sikap sang kakak yang rasional dan dewasa namun tetap melakukan segala cara agar keluarganya senang tidak pernah berubah.

Ketika ayah Masashi keluar dan terlihat gagah dalam balutan seragam pemadam kebakaran, sorot matanya dipenuhi rasa terima kasih kepada Masashi. Masashi kemudian menyetel kameranya menjadi mode potret otomatis setelah 10 detik. Ia berhasil mengambil foto keluarga Asada sebagai pemadam kebakaran. Foto itu kemudian dipajang di ruang makan keluarga. Di mata penulis, foto tersebut adalah simbol kekuatan dan kebersamaan keluarga Asada; tentang bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain, tentang mereka yang memandang penting impian setiap anggota, sehingga sang kakak tidak malu menundukkan kepala pada temannya, tentang mereka yang senang menghabiskan waktu bersama-sama demi sebuah foto tanpa mempedulikan pandangan dunia.

Berikutnya, Masashi mewujudkan keinginan ibunya untuk mengambil foto dramatis seperti pasangan suami istri yakuza dan bawahan mereka di depan pintu rumah Jepang tradisional orang lain. Tibalah giliran sang kakak. Sang kakak agak malu untuk memberitahukan mimpinya tapi sang ibu membocorkan bahwa mimpinya ketika kecil adalah menjadi pembalap mobil. Lagi-lagi sang kakak harus membungkukkan badan dalam-dalam kali ini pada petugas arena balapan. Ia akhirnya merasakan sensasi berdiri di atas podium juara satu, merasakan sepersekian kemuliaan seorang pemenang, dan itu membuat wajahnya dihiasi senyuman.

Adegan ini cukup meninggalkan kesan mendalam di mata penulis. Apakah yang dilakukan sang kakak dan keluarganya adalah sesuatu yang konyol dan kekanak-kanakan? Atau apakah mencicipi sedikit saja kenyataan dari mimpi kita yang tidak pernah terwujud sesungguhnya dapat mengobati kekecewaan dan menyembuhkan kita? Di sini penulis menyadari mereka bukan sekadar bermain peran atau berfoto-foto ria.

Setelah berhasil mengabulkan sejenak impian keluarganya dan mengabadikannya dengan kamera, Masashi lanjut memotret keluarga Asada dengan berbagai tema. Contohnya, “Pahlawan yang Kelelahan”, “Perwakilan Jepang”, “Kampanye Pemilu”, “Band”, “Karyawan yang Mabuk Berat”, dan lainnya. Hasil fotonya dijamin mengundang tawa penonton. Foto-foto konyol tersebut semakin istimewa dan kocak karena keempat subjek fotonya adalah keluarga. Masashi percaya diri akan kualitas foto-foto keluarganya ini. Ia bertekad membawa foto-foto keluarga Asada untuk mengadu nasib ke Tokyo dan kelak menjadi fotografer sukses.

Sesampainya di Tokyo, Masashi bersimpuh memohon untuk menumpang tinggal dengan Wakana-chan yang tentu saja diizinkan asalkan suatu hari Masashi membalas budi Wakana-chan sepuluh kali lipat. Selama beberapa tahun, Masashi bekerja sebagai asisten di studio foto sambil berkeliling mencari penerbit yang bersedia menerbitkan buku foto keluarga Asada. Nihil. Ia pluhan kali ditolak. Alasannya sama, karena itu adalah foto keluarganya. Siapa yang mau lihat? Lama-kelamaan semangatnya menipis.

Masashi yang lunglai bertanya pada Wakana-chan, apakah ia harus mengganti subjek fotonya selain keluarga? Ucapannya berbuah pukulan di punggung dan ancaman pengusiran dari Wakana-chan. Ia yang paling memahami bagaimana hebatnya Masashi mengabadikan foto keluarga. Tidak lama kemudian, Wakana menyewa galeri foto agar Masashi dapat mengadakan pameran foto keluarga Asada. Di sinilah Masashi bertemu dengan kepala penerbitan yang tidak kuasa menahan tawa melihat foto-foto jepretannya.

Buku foto keluarga Asada akhirnya berhasil diterbitkan, tapi penjualannya begitu buruk. Kepala penerbitan menghibur Masashi, “Sesuatu yang bagus tetaplah bagus.” Hal tersebut benar adanya. Masashi memenangkan penghargaan bergengsi untuk karya-karya foto keluarganya hingga diwartakan koran ternama. Buku fotonya dinikmati banyak orang. Masashi juga menyertakan kontaknya apabila ada keluarga yang ingin difoto olehnya.

Foto Keluarga Siapapun Tidak Ternilai Harganya

Pelanggan pertamanya adalah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak kecil bernama Sakura. Mereka ingin berfoto memperingati masuknya Sakura ke sekolah dasar. Masashi mewujudkan foto keluarga yang indah di mana mereka bertiga berdiri di bawah pohon sakura sambil mendongak terpukau oleh hujan kelopak sakura yang diam-diam dipersiapkan oleh Masashi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun