Mohon tunggu...
Rory Anas
Rory Anas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berprofesi sebagai Advokat.

Pemberi Nilai, Respon dan Komentar akan di Follow. WA +628117068676

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apa Hubungan Pekerja Tiongkok dan Pertumbuhan Ekonomi?

28 Februari 2019   20:17 Diperbarui: 28 Februari 2019   20:42 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai media seperti video youtube, berita televisi, berita di media online dan media cetak seperti contoh batam pos yang saya dapat dari Facebook ini mengatakan bahwa TKA dari Republik Rakyat Cina/Tiongkok (RRC/RRT) masuk ke Indonesia tiap hari. 

Masuknya TKA tiongkok dari berbagai pintu masuk Bandara yang ada di berbagai kota sudah menjadi kekhawatiran masyarakat. Bukan hanya soal semakin kecilnya harapan lapangan pekerjaan karena diambil alih oleh TKA  tiongkok, tapi juga sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional juga menjadi kekhawatiran tersendiri.

Kenapa warga tiongkok mencari kerja ke Indonesia? Apakah di negaranya tidak ada pekerjaan?

Padahal pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 2 digit. Entah apa maksudnya 2 digit..

Pemerintahan Jokowi dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% saja kalang kabut, koq malah warga asing tiongkok bisa bekerja di Indonesia secara besar-besaran?

Ini sangat aneh sekali. Ajaib namun nyata. Kira-kira bagaimana menganalisanya dari sisi Ilmu Ekonomi?

Apakah banyaknya TKA tiongkok ini karena adanya Investasi dari RRT, lalu investor tiongkok itu membawa sendiri tenaga kerjanya? 

Koq bisa?

Bukankah seharusnya Investasi itu bisa menyerap tenaga kerja lokal dengan maksimal? Dan secara langsung investasi itu bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dengan meningkatnya pendapatan masyarakat tempatan, selain juga tentu yang utama adalah adanya pemasukan pajak ke negara.

Lalu kenapa tenaga kerja masyarakat lokal tidak bisa maksimal diterima bekerja oleh investor tiongkok?

Alasan Pemerintah Jokowi (dari berbagai media), tenaga kerja lokal kurang skill. Persoalan kurang skill ini sungguh menyakitkan. Memangnya skill seperti apa yg dibutuhkan? Skill dewa kah? Apakah mengaduk semen dan pasir saja kita harus import tenaga kerja?

Jika alasannya etos kerja kurang baik, mungkin juga, tidak salah dan masih bisa diterima. Tapi sebenarnya Etos kerja itu sendiri bisa dibentuk dari kedisiplinan pihak perusahaan menerapkan aturan internalnya dan tentu saja lewat ketatnya seleksi dalam perekrutan tenaga kerja dengan menghindari nepotisme. Sesungguhnya alasan apapun sehingga tenaga kerja lokal tidak dapat bekerja secara mayoritas, tidak bisa kita (rakyat indonesia) terima .

Lalu masalah sebenarnya APA?

Analisa saya, Pemerintah Jokowi lemah dalam negosiasi investasi dengan negara asing, khususnya kepada RRT. Entah apa istimewanya RRT di mata Pemerintah Jokowi.

Seharusnya pemerintah dalam membuat kerjasama dengan Investor asing bisa menerapkan aturan dengan menekankan kewajiban merekrut tenaga kerja lokal. Tapi hal ini sepertinya tidak dilakukan.

Alasan kenapa pemerintah jokowi lemah dalam negosiasi investasi dengan tiongkok, tak bisa diketahui dengan pasti. Sudah banyak analisa kemungkinan yang beredar dalam masyarakat, tidak perlu saya bahas lagi.

Ternyata menganalisa permasalahan TKA tiongkok tidak bisa lewat Ilmu Ekonomi tapi harus pakai Ilmu Politik. Karena ternyata tidak ada hubungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 2 digit (seperti di Tiongkok) dengan meningkatnya lapangan pekerjaan, seperti kasus TKA tiongkok ini. Malahan TKA tiongkok bekerja di negara yang pertumbuhan ekonominya hanya sekitaran 5% seperti di Indonesia.

Janji Pemerintahan Jokowi pada kampanye Pemilu 2014, untuk membuka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja sampai 10 juta orang Indonesia, apakah sudah terealisasi? Sepertinya jauh panggang dari api, atau jauh api dari panggang? Semua tinggal angan-angan saja.

Lalu menurut anda apa konsekwensi bagi penguasa/pemerintah/petahana yang tidak menepati janjinya?

Buktikan jawaban anda pada 17 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun