Denial (penyangkalan) merupakan pertahanan diri. Penyangkalan adalah penolakan terhadap suatu kejadian yang sudah terjadi, pada fase ini biasanya orang tersebut berusaha melindungi diri sendiri dengan menolak kenyataan. Biasanya orang yang mengalami hal ini adalah orang yang sedang mengalami hal buruk pada kehidupannya. Seseorang itu dapat menyangkal apapun mulai dari fakta, tanggung jawab, dampak dari tindakannya ataupun menyembunyikan perasaanya.
Menurut tokoh ilmuwan Psikologi, Sigmud Freud, denial merupakan salah satu bentuk self defence mechanism. Penyangkalan atau denial  biasanya dilakukan oleh orang yang sedang stres  berat akibat banyaknya kejadian yang dirasa akan membuatnya terluka dan menyakitkan. Sofia K odgen dan Ashley D biebers  dalam bukunya  Psychology of Denial  mengatakan bahwa "Denial is one of many defence mechanisms. It entails ignoring or refusing to believe an unpleasant reality. Defense mechanisms protect one's psychological well-being in traumatic situations, or in any situation that produces anxiety or conflict". Menurutnya keduanya Denial merupakan sebuah pertahanan diri untuk menolak dan mengabaikan kenyataan yang tidak menyenangkan dalam hal ini Hal yang bersinggungan dengan hal yang membuat orang secara sadar atau tidak sadar mengalami kejadian traumatis atau sesuatu hal yang membuat seseorang merasa cemas.
Secara logical jika seorang merasa sangat anxiety terhadap sesuatu maka bisa diartikan seseorang tersebut  masih tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi dalam kehidupan. kemarahan adalah respons terhadap ancaman atau stress yang mengakibatkan lingkungan sekitar. ketika kita ada didalam situasi yang berbahaya dan tidak dapat melarikan  diri, kemungkinan akan merespons dengan kemarahan. kemarahan dimulai dengan amigdala yang menstimulasi hipotalamus, seperti halnya dalam repson takut. bagian dari korteks prefontal juga dapat  berperan dalam kemarahan. orang dengan kerusakan di area ini sering mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka, terutama kemarahan. dan juga ada beragam emosi positif maupun negatif yang pasti kita akan rasakan.Â
ternyata emosi juga dapat menimbulkan denial  pada diri kita seperti orang yang menyangkal emosi negatif. alih-alih merasa dirinya manusia kuat dan akhirnya dia akan menimbun emosi negatif dalam kurun lama. ketika emosi tersebut sudah menumpuk, sewaktu - waktu akan meledak juga. hal ini karena dirinya harus menunjukkan wajah yang tersenyum sekalipun sedang merasa sedih yang mana sudah menjadi toxic positivity.
Mekanisme pertahanan adalah strategi psikologis yang dibawa dalam permainan oleh pikiran bawah sadar. Untuk memanipulasi, menyangkal, memutar balikkan suatu fakta atau aturan untuk mempertahankan diri dari perasaan cemas dan implus yang tidak dapat diterima dan untuk mempertahankan skema diri seseorang atau skema lainnya. Jika diliat dari pandangan islam seseorang yang memiliki denial sindrom adalah orang yang lupa bersyukur, kejadian yang di alami tidak  dijadikan suatu ujian dari Allah. Orang yang seperti itu sudah jauh dari Allah dan tidak dapat menerima kenyataan.
Biasanya orang seperti ini mempunyai emosi dan ambisi yang kuat untuk memperoleh sesuatu dalam memenuhi ambisinya, dan akhirnya orang tersebut tidak menemukan solusi untuk menemukan apa yanng diangan- angankan. Seperti firman Allah dalam al Qur'an  surah Al- Ahzab: 36 yang berbunyi :
Artinya : " Dan tidaklah pantas bagi seorang Laki-laki yang mukmin dan wanita yang mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan lain di dalam urusan mereka dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata".
Contoh denial sindrom yang dapat kita temui dalam kehidupan seahari- hari misalnya kasus seorang anak muda menyaksikan kekerasan didepan matanya tetapi dia mengaku tidak terpengaruh oleh kejadian itu.Tentu apabila seseorang menolak kenyataan terlalu panjang maka orang itu dapat membawa kerugian dan akan melarikan diri dari masalah dan menyangkal persoalan itu selamanya.
 Mari kita perhatikan diri kita dan menghindari hal- hal yang mengancam diri kita dan kesehatan mental kita . Â
DAFTAR PUSTAKA
D., S. K. (2010). PSYCHOLOGY OF DENIAL. (S. K. D., Ed.) New York: Nova Science Publishers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H