Mohon tunggu...
Roro Martiningsih
Roro Martiningsih Mohon Tunggu... -

SMP Muhammadiyah 1 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyikapi Perubahan Kurikulum

25 Oktober 2013   17:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:02 5737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENYIKAPI PERUBAHAN KURIKULUM

Oleh:

Rr.Martiningsih, M.Pd.

Guru SMP Muhammadiyah 1 Surabaya

Disadari atau tidak, diterima atau tidak, siap atau tidak, perubahan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keseharian
kita. Perubahan merupakan sesuatu yangalamiah, artinya segala sesuatu dalam kehidupan ini sudah pasti akan terus mengalami perubahan, karena perubahan sendiri merupakan ketetapan Tuhan yang tidak mungkin untuk dihindari. Kita bisa melihat diri sendiri, renungkanlah hal-hal yang pernah kita jalani selama hidup, yang mungkin selama ini luput dari perhatian kita. Kita mengalami perubahan, dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Perubahan juga terjadi pada kurikulum. Kurikulum berubah sesuai dengan tuntutan zaman.Guru adalah orang yang mengimplementasikan kurikulum dalam satuan pendidikan. Setiap pergantian kurikulum, maka guru dan pihak-pihak terkaitlah yang harus paling siap. Hakikat kurikulum itu ada pada guru, jika guru tidak bisa mendalami kurikulum yang berlaku, maka tujuan pendidikan yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaik apapun kurikulum tersebut, tidak akan membuahkan hasil jika guru tidak mampu melaksanakannya.

Kurikulum 2013, sebenarnya merupakan suatu konsep kurikulum yang mendorong pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran dan guru dengan segala keilmuannya tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi dituntut untuk menjadi inspirator. Pembelajaran lebih mengoptimalkan daya pikir dan kreativitas siswa untuk menambah keterampilan dan pengetahuannya, belajar menemukan melalui eksperimen. Perbedaan yang mendasar dengan kurikulum sebelumnya adalah, guru tidak lagi menerapkan metode berceramah dan bukan hanya satu-satunya sumber pengetahuan, bisa saja siswa mendapatkan pengetahuan dari sumber lainnya, seperti dari internet. Peran guru mendorong siswanya untuk mengalami sendiri proses yang membuat meningkatnya pengalaman mereka.

Menyikapimetode pembelajaran yang mengandalkan observasi dan minim fasilitas, sarana dan prasarana bahkan para pengajarnya, bisa dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Walau minim fasilitas, atau sarana dan prasarana, maka kita dituntut untuk lebih kreatif, bagaimana agar apapun di dekat kita bisa bermanfaat. Media secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk pembelajaran.

Sosialisasi Kurikulum


Guru sebagai pelaku utama dalam dunia pendidikan harus siap dengan segala perubahan kebijakan, meskipun tidak kita sukai. Saat ini yang dibutuhkan adalah peran nyata, untuk terus melakukan sosialisasi kurikulum 2013, agar para guru benar-benar siap mengimplementasikannya.

Sosialisasi kurikulum harus sampai pada guru-guru pelaksana tidak dibeda-bedakan. Artinya, bahwa kurikulum baru bisa berjalan jika sudah dilakukan sosialisasi secara efektif. Selain itu ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan desiminasi, antara lain kesiapan para guru, kondisi geografis dan penyebaran informasi.

Guru dan perubahan


Guru semakin memiliki peran sentral dalam perubahan kurikulum, karena dianggap sebagai ujung tombak pencapaian tujuan pendidikan. Pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah 1) mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, 2) mengembangkan kesehatan dan akhlak mulia dari peserta didik, dan 3) membentuk peserta didik yang terampil, kreatif, dan mandiri. Tujuan ini menjadi isyarat bahwa guru merupakan garda terdepan yang menentukan kualitas pendidikan nasional, tentu dengan segala masalah dan realitas yang dihadapinya. Dalam orientasi belajar, guru harus mampu mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki orientasi yang tidak terbatas pada kemampuan kognitif siswa, tetapi juga afektif dan psikomotor pada diri siswa. Intinya, guru harus lebih kreatif dalam mengajar.

Namun ada catatan penting ,yaitu kurikulum kita memang harus berubah, namun Indonesia butuh life skill, butuh assertiveness, agar kita siap menghadapi perubahan. Seorang guru seharusnya menerapkan metode pengajaran yang menyemangati, bukan menghukum.

Tak ayal lagi jika perubahan memang harus dilakukan, meskipun itu berarti keluar dari zona nyaman yang sudah kita tempati selama ini. Mari, berubah lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun