Mohon tunggu...
Putri Hardianty
Putri Hardianty Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang makhluk bertulang belakang, yang bernampilan flamboyan , selalu salah tingkat saat melakukan kontak verbal dengan orang yang ditaksir, sehingga kadang terlihat terlalu hyperaktif,dan ini terjadi berulang ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan~\r\r\nPRP's

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tentang Kertas Ulangan dari Pa Uka

13 November 2013   20:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hayo, kita main jujur ya. Waktu kita masih jadi anak muda ababil dulu, pernah ga nyontek? atau pernah ga ngasih contekan atau pernah ga kita minta contekan? Saya yakin walaupun tidak semua, pasti sebagian besar dari kita pernah melakukan hal terlarang tersebut. Hmm, awalnya kepepet tapi lama lama jadi ketagihan. Yang awalnya masih takut takut alias amatir, lama lama jadi profesional. Mulai dari nyimpen contekan di sela-sela jilbab, sampe ngasih kode melakui nyanyian (itu gue banget).

Sejujurnya dulu waktu muda, dulu banget. saya juga pernah merasakan yang namanya contek mencontek. Merasakan pahit manisnya, jatuh bangungnya, suka dukanya. Ah bahkan saat itu saya dikenal sebagai pencontek ulung dikelas. (yang itu bohong). Sebenernya, saya lebih cenderung suka memberikan contekan, ya walaupun belum tentu benar, biasanya saya akan mencontek kalo benar-benar kepepet. Hal contek mencontek dikalangan pelajar itu, ibaratnya bagian dari tradisi. Diakui atau tidak hal ini sering sekali kita lihat disekeliling kita, dan tak jarang kita termasuk menjadi bagian sindikat pencontek tersebut. Biasanya ya alesannya kepepet karena belum belajar, kepepet karena males belajar, atau ada temen aku yang suka nyontek dan bilang kalo dia males mikir (plis, itu otak diciptain sampe menuhin kepala buat apa kalo bukan buat mikir), takut dikucilkan, atau takut dibuli, Ya dalam dunia contek mencontek juga dikenal adanya istilah sukarelawan dan paksarelawan.

Tapi yang saya rasakan saat itu, yang lebih dominan adalah alasan "solidaritas" kita harus membantu teman kita yang kesusahan, kalo kata pribahasa "Berat sama dipikul ringan sama dijinjing". Dan kebetulan sekali saya adalah orang yang baik hati, saya tidak kuasa melihat teman saya dengan muka memelas ditambah was was takut ketauan pengawas minita dikasih jawaban. Dan sebenernya yang utama, saya takut dicap sebagai anak yang ga setia kawan, terus nanti saya dikucilkan, nanti kalo lewat saya dilemparin batu (hina sekali).

Dulu dengan jujur saya mengakui, bagi saya dan teman-teman segeng saya, menyontek adalah suatu tradisi yang entah disengaja entah tidak, tradisi ini selalu terjaga dan terpelihara dengan baik. Biasa. Kalo ketauan ya ditanggung sama-sama, toh nanti dihukumya juga bareng-bareng.

Kami menjadi segerombolan kawan yang selalu setia, bahkan disaat ulangan. Kadang kalo misalnya soalnya sama saya  selalu sengaja menulis jawaban  saya di lembar soal, untuk kemudian lembar soal itu digunakan oleh teman saya. Kadang nilai dia justru lebih tinggi dari saya, tapi no problemo yang pentingkan semua senang (padahal dalam hati ngedumel; "sialan, ko dia nilainya lebih gede, jawabannya aja dari gue"). Tapi kalo ngedumel pun rasanya itu manusiawi ya, seperti apa kata Rancho di 3 Idiot "Bahwa kita akan sedih jika melihat teman kita tidak lulus, tapi kita akan lebih sedih jika teman kita mendapatkan nilai lebih bagus dari kita. Padahal jawabannya semua dari kita". Dan taukah alasan saya kenapa saya tetap mau memberikan contekan kepada teman teman yang membutuhkan adalah, suatu kepercayaan bahwa emas tidak akan pernah tertukar. Maksudnya walaupun sekarang nilai mereka lebih besar dari nilai yang aku dapat, tapi pasti suatu saat akan terbukti siapa yang bener-bener bisa, siapa yang emas dan siapa yang kuningan.

Masuk kelas 12 kebiasaan ini masih terus berlanjut. Waktu itu, ulangan matematika. Untuk pelajaran yang satu ini, saya selalu mendapatkan nilai dibawah KKM. Makanya guru matematika di SMA pasti pada kenal aku karena aku selalu langganan remidial. Ah memalukan. Oh iya, di kelompok pertemanan kami. Biasanya terdapat pembagian orang sesuai minat, bakat dan nilai. Dan Ratih adalah tempat ku meminta bantuan ketika ulangan matematika, Ratih kan baik.

Ketika itu, kertas ulangan dibagikan. Saya sudah mulai merasakan ada kontraksi diperut. Ah saya memang selalu mules kalo ulangan matematika. Saya mengirimkan kode untuk ratih, ratih menggangguk mengiyakan. Biasanya sehari sebelum ulangan, kami selalu menyiapkan strategi buat menghadapi ulangan tersebut. Begitupun dengan hari ini.

Saya melihat soal-soal, sambil mencoba menelaah. Siapa tahu saya bisa. dan ternyata tidak ada yang saya bisa. Saya melirik ratih, dan untung ratih pengertian, dia langsung memperlihatkan kertas jawabannya. Saya menyalinnya satu satu. Semua soal sudah hampir dikerjakan, lalu saya sampai dibagian akhir dari soal ulangan matematika ini. Dibagian paling bawah kertas ulangan itu, ada tulisan "Ya Allah berikanlah kemudahan bagi mereka yang berani jujur, dan berikan kesadaran bagi mereka yang belum berani jujur"

Jujur, ketika membaca itu yang terlintas dalam pikiran saya adalah "betapa selama ini saya tidak pernah jujur".

Saya mengumpulkan soal ulangan. Rasanya aneh. Kaya ada rasa bersalah. Saya mikir kalo selama ini ternyata saya ga jujur, saya ga jujur sama diri saya sendiri, ketika saya tidak bisa saya tidak mau mengakuinya dan saya membohongi diri saya dengan menjiplak pekerjaan ratih.

Waktu hasil ulangan dibagiin, ternyata aku dapet nilai yang cukup lumayan ya walaupun tetap tidak lulus. Saya melihat nilai yang ada di lembar ulangan bertuliskan nama saya, seharusnya kan ini nilai ratih. Kalo saya mengerjakan ulangan ini sendiri mungkin nilai saya gak akan segini. Seperti biasa mungkin berkisar 0-5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun