Hari ini saya sebetulnya iseng membuat status di media sosial facebook untuk mengecek, apakah judul tulisan saya ini memang betul-betul sedang dialami oleh sebagian guru dan orangtua ditengah pandemi Corona ini.
Isi status facebook saya seperti ini; "Mendidik anak orang lain bisa sabar, sementara mendidik anak sendiri sering naik darah, yang seperti itu ada nggak yah?"
Sejauh ini komentar cukup banyak dan isi komentarnya beragam, sebagian besar yang memberikan komentar berprofesi sebagai guru dan membenarkan isi status saya tersebut. Sebagian lagi orangtua yang profesinya bukan guru tetapi merasakan hal yang sama.
Kalau kemudian kondisi tersebut betul-betul dialami oleh sebagian besar guru dan orangtua selama pemberlakuan pembelajaran secara daring, apakah akan berdampak buruk bagi dirinya dan anaknya.
Dilansir dari m.medcom.id (diakses Jum'at 10/4/2020). "Kalau orang tua uring-uringan, maka akan mudah marah termasuk kepada anak-anaknya," kata Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti.
Menurut Retno, suasana hati memengaruhi imunitas tubuh. Retno mafhum tidak mudah bagi orang tua untuk mengajari anak-anaknya di rumah. Bahkan sebagai seorang guru, Retno merasakan perbedaan antara mengajar murid dan anak sendiri.
Untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan tersebut, Retno menyarankan orang tua menjalin komunikasi dengan sesama orang tua. Orang tua juga bisa berkomunikasi dengan guru atau sekolah.
Bagi anak, tentu akan banyak dampak negatif yang akan dialami, hal tersebut dapat memengaruhi kondisi psikologis anak. Diantaranya anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, egois dan juga keras kepala.
Selain itu, anak juga akan suka menentang untuk membela dirinya, memiliki sifat tertutup dan pendiam, bahkan bisa mengakibatkan stress.
Dampak buruk lainnya adalah anak akan mengikuti perilaku orangtuanya, karena dalam hal ini orang tua menjadi contoh dan besar kemungkinan anak akan mempraktikkan pada adiknya atau temannya di lingkungan sekitar atau di sekolah.
Kemudian sikap seringnya marah kepada anak juga dapat membuat anak menjadi jenuh dan ingin keluar dari situasi tersebut. Selain itu kedepan anak akan menjadi pasif dan kurang insiatif serta tidak memiliki kreativitas.