Krisis Corona, Rakyat Miskin Makin Merana

Dampak ekonomi pandemi Corona kini semakin terasa, terutama untuk mereka rakyat miskin di Indonesia.

Ojek online tak bisa narik lagi, supir angkutan pun sama, tukang asongan tak ada lagi pembeli, warung-warung kecil pun sama.

Penjaja makanan anak-anak disekolah sudah tak jualan lagi, penjaja makanan di pondok-pondok pesantren pun sama.

Tak ada lagi resepsi pernikahan, jasa sewa tenda, rias penganten, katering, sudah tak beroperasi lagi, kami dan pekerja kami kini sudah tak berpenghasilan lagi.

Tak ada lagi acara-acara yang banyak pesertanya, pelaku jasa usaha snackbox pun sudah tak lagi punya penghasilan.

Pelaku usaha online ingin tetap jalan demi berputarnya uang, tetapi distribusi barang orderan macet di jasa ekspedisi.

Sementara harga kebutuhan pokok melambung tinggi, rakyat kecil makin terjepit, rakyat kecil merana karena Corona.

Penghasilan sudah tidak ada, sementara tagihan-tagihan tak mau ditunda, katanya ada relaksasi, nyatanya masih ada tagihan yang harus segera dibayarkan.

Beberapa hari kedepan, bisa jadi kami rakyat kecil sudah tak bisa makan.

Krisis Corona, penjual dan pembeli tidak bisa bertemu lagi, transaksi terhalang pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan pemdes saat ini harus punya langkah kongkret supaya ada perputaran uang, rakyat kecil makin terjepit.

Anggaran yang ada harus kalian gunakan untuk tanggap darurat Corona, hentikan virusnya tetapi tetap hidupkan ekonominya, bagaimanapun caranya.

Langkah kongkret harus segera di eksekusi, kawal pelaksanaan sampai ditingkat desa, pastikan semuanya kerja, kerja, kerja.

Ini saatnya kalian betul-betul bekerja, ini saatnya kalian betul-betul mengabdi untuk Negeri.

Supaya kami rakyat miskin masih bisa tetap makan, usaha kecil kami masih bisa berpenghasilan.

Inilah saatnya kalian buktikan, bahwa kami sebagai rakyat sudah tepat memilih kalian sebagai pemimpin.

Rori Idrus
KBC-57 Brebes Jawa Tengah.

Dok. Kompasiana Brebes