Mohon tunggu...
Rori Idrus
Rori Idrus Mohon Tunggu... Guru - Pemulung Hikmah

Pemulung hikmah yang berserakan untuk dipungut, dirangkai menjadi sebuah tulisan dan pelajaran kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gerakan Membeli Produk Teman

8 April 2020   16:23 Diperbarui: 9 April 2020   21:32 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal kecil terkadang kalau kita lakukan dengan tulus bisa memberikan manfaat untuk orang banyak. Wabah virus Corona saat ini sudah membuat keadaan ekonomi mulai sulit, sebagian besar aktivitas transaksi jual beli terhalang aturan pembatasan interaksi sosial.

Penjual dan pembeli tidak bisa bertemu karena pembatasan aktivitas interaksi sosial selain karena rasa khawatir tertular virus Corona. Aktivitas belanja online kini lebih prioritas pada kebutuhan primer dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya penularan virus.

Permintaan masker dan hand sanitizer meningkat sementara suplai rendah bahkan sempat langka bak raib dari pasaran. Permintaan tersebut meningkat karena naluri dasar manusia untuk melindungi dirinya dari penularan virus Corona.

Permintaan belanja makanan atau kuliner dengan metode online masih ada transaksi, meskipun agak menurun karena orang-orang lebih banyak di rumah sehingga punya lebih banyak waktu untuk membuat makanan sendiri.

Saya sendiri sebagai pelaku usaha katering makanan untuk berbagai acara yang diikuti banyak orang, kini sudah sebulan lebih tanpa orderan. Itu terjadi akibat diberlakukannya aturan jaga jarak interaksi sosial atau kita kenal dengan istilah social distancing dan menghindari kerumunan massa.

Resepsi pernikahan dilarang, kegiatan kantor dan sekolah diliburkan, acara-acara keagamaan yang sering berpotensi terjadinya pembelian nasi kotak sudah dilarang.

Untungnya saya pribadi masih punya sandaran dari kaki yang lain, yaitu gaji bulanan guru sekaligus tunjangan sebagai wakil kepala sekolah.

Kemudian saya termasuk kategori pengguna aktif media sosial, terutama Facebook dan Whatsapp, hampir setiap hari selalu ada aktivitas di media sosial saya.

Sebagai generasi milenial, ketika pemerintah menerapkan aturan bekerja dari rumah, saya bisa segera adaptasi mengajar secara daring menggunakan Google Classroom.

Selain itu, saya juga memiliki kegiatan menulis artikel di Kompasiana yang akhir-akhir ini menjadi cukup intens saya lakukan untuk mengisi kegiatan selama dirumah saja.

Kemarin malam tiba-tiba saya memiliki ide untuk membuat status di Facebook yang isinya seperti saya menyediakan tempat untuk jualan online. Jadi saya persilahkan teman-teman untuk menawarkan produk dagangannya melalui kolom komentar pada status saya tersebut.

Lebih jelasnya, begini isi status Facebook saya yang memiliki jumlah teman sebanyak 5.000 akun.

"Bismillah...Gerakan ekonomi Indonesia, dengan membeli produk temen. Silakan...Yang jualan boleh buka lapak di komentar Ya"

Dengan jumlah teman sebanyak 5.000 akun, artinya potensi status saya dibaca banyak orang sangat besar. Baik akun teman yang menjadi penjual maupun akun teman yang potensial menjadi pembeli.

Akun teman yang menjadi penjual tinggal menawarkan produk dagangannya di kolom komentar. Sedangkan akun teman yang potensial menjadi pembeli ketika menemukan produk yang sedang dibutuhkan tinggal melakukan komunikasi kepada akun penjual yang sudah menawarkan produk dagangannya di kolom komentar.

Alhamdulillah komentar menawarkan produk cukup banyak, dan produk yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari makanan, pakaian, masker, peralatan kantor, cetak undangan, APD, hingga produk kerajinan dan produk lainnya. Hingga tulisan ini dibuat, sudah terjadi interaksi tanya-jawab soal harga barang yang ditawarkan dan permintaan informasi detail dari produk yang ditawarkan.

Saya membayangkan, kalau kemudian jutaan pemilik akun Facebook lain melakukan hal yang sama, saling berbagi informasi dan saling mendukung satu sama lain. Maka paling tidak bisa berpengaruh terhadap terjadinya aktivitas transaksi jual beli barang kebutuhan secara online.

Memang dibutuhkan ketulusan terutama rasa empati kepada sesama di masa yang serba sulit seperti saat ini, selain itu dibutuhkan sikap senang ketika melihat dagangan teman laku, bukan sebaliknya.

Mari dalam situasi yang mulai serba sulit ini, kita seharusnya saling berbagi, saling mendukung, dan saling menguatkan satu sama lain. Mari tanamkan dalam diri kita sikap senang ketika melihat orang lain senang, dan susah ketika melihat orang lain susah, bukan sebaliknya.

Semoga bermanfaat.
Salam hangat, salam semangat, dan salam sehat selalu.

Rori Idrus,
KBC-57 Brebes Jawa Tengah.

Dok. Kombes
Dok. Kombes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun