Lima hari sebelumnya atau Senin 30 Maret, mengutip pernyataan Presiden Jokowi melalui twitter @Jokowi jam 15.29 WIB.
"Delapan hari terakhir, ada 876 bus antar provinsi yang membawa 14.000-an penumpang dari Jabodetabek ke provinsi lain di Jawa. Belum termasuk yang menggunakan kereta api, kapal, pesawat dan mobil pribadi. Mobilitas orang sebesar itu sangat beresiko memperluas penyebaran Covid-19."
Kalau kita kaji dua pernyataan pemerintah diatas, maka ada korelasi sebab akibat antara pernyataan Presiden Jokowi dengan Achmad Yurianto (Juru Bicara Pemerintah Untuk Percepatan Penanganan Covid-19).
Sebab terjadinya pergerakan orang antar provinsi sebanyak 14.000-an, berakibat pada peningkatan jumlah sejak 23 Maret rata-rata kenaikan lebih dari 100 kasus karena masih adanya pergerakan Orang Tanpa Gejala (OTG) dari kota-kota pusat penyebaran Covid-19 ke kota-kota di sekitarnya, ke keluarganya, ke rumah saudaranya."
Selain itu, juga muncul sebaran kasus akibat pergerakan OTG dari kota-kota pusat penyebaran Covid-19 ke kota-kota di sekitarnya, ke keluarganya, ke rumah saudaranya."
Ini berarti menjadi indikasi bahwa gelombang mudik lebih awal sudah mulai berdampak pada sebaran kasus dari kota pusat penyebaran Covid-19 yaitu Jakarta ke kota-kota di sekitarnya, ke keluarganya dan ke rumah saudara para pemudik.
14.000-an orang bergerak dari Jabodetabek sudah berdampak sebaran kasus meluas, padahal masih ada hampir 3 juta perantau yang masih bertahan di Ibukota dan belum dilarang mudik.
Laju interaksi antar manusia masih tinggi, kebijakan pusat tidak tegas, tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia rendah, kapan pandemi berhenti?
Akankah kejadian di China, pasca perayaan Imlek lonjakan kasus terjadi hampir ke seantero China, juga terjadi di Indonesia?
Pasca perayaan lebaran, lonjakan kasus terjadi dan menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia?
Untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 tidak meluas ke daerah, pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan tegas, apapun resikonya, termasuk resiko runtuhnya ekonomi.
Runtuhnya ekonomi, suatu saat anak Bangsa lainnya bisa membangun kembali, tetapi hilangnya ratusan, ribuan bahkan jutaan nyawa anak Bangsa, tidak pernah dapat dikembalikan lagi.