Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Field Trip to Dieng

14 Oktober 2021   14:55 Diperbarui: 14 Oktober 2021   16:14 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis bersama rekan sejawat (Dok. Foto: Yuni Apriyani)

Setelah selesai melaksanakan In House Training dan Workshop selama 3 hari, para tenaga pendidik dan kependidikan SMA Putra Bangsa Depok melakukan Field Trip ke Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan ini berlangsung pada 8-10 Oktober 2021.

Selain bertujuan menambah keakraban antar sesama tenaga pendidik dan kependidikan, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan pendalaman Literasi kepada para peserta terkait sejarah Dataran Tinggi Dieng, dan budaya lokal masyarakat setempat, khususnya keberadaan masyarakat komunitas rambut gimbal.

Rombongan berangkat dari Depok pada hari Jum'at pukul 07.10 WIB dan tiba di penginapan (home stay) sekitar pukul 22.00 WIB. Keesokan harinya, setelah melaksanakan sholat subuh, para peserta field trip melakukan kunjungan ke beberapa objek. Objek pertama yang dikunjungi adalah Batu Angkruk. Di sana, para peserta dapat menikmati keindahan panorama Dataran Tinggi Dieng dengan latar belakang Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Pemandangan indah matahari terbit (sun rise) dan hamparan awan putih dapat dilihat dari atas jembatan kaca yang cukup eksotis.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Setelah sarapan pagi, para tenaga pendidik dan kependidikan yang mengikuti field trip melanjutkan kunjungan ke Dieng Plateau Theatre. Tempat ini memberikan jawaban dari rasa ingin tahu peserta field trip tentang seluk beluk Dieng dalam bentuk audio visual, sehingga memudahkan siapa saja memahami kondisi Dieng sebelum melakukan eksplorasi lebih jauh. 

Dieng Plateau Theatre menyajikan sebuah film dengan judul "Dieng Negeri Khayangan" atau "God Adobe" yang bedurasi 23 menit. Film ini merupakan film dokumenter yang menjelaskan sejarah dan kehidupan di Dataran Tinggi Dieng tentang asal-muasal terjadinya Dataran Tinggi Dieng yang berawal dari letusan gunung raksasa, kejadian geologi, seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng, letusan Kawah Sinila yang sangat terkenal di Indonesia, sejarah rambut gembel anak-anak Dieng, tradisi ruwat cukur rambut gembel, sampai fenomena "Bun Upas" (embun racun) yang sangat fenomenal. 

Foto Bersama di depan Dieng Plateau Theatre (Foto: Aditya Karunia T.M)
Foto Bersama di depan Dieng Plateau Theatre (Foto: Aditya Karunia T.M)

Setelah menyaksikan penayangan film dokumenter di Dieng Plateau Theatre, kunjungan dilanjutkan ke "Batu Pandang Ratapan Angin" yang letaknya masih satu komplek dengan Dieng Plateau Theatre. Dari Batu Pandang Ratapan Angin yang memiliki ketinggian 2.100 mdpl, para peserta field trip dapat melihat keindahan panorama Telaga Warna Dieng dan Telaga Pengilon yang berada di bawahnya. 

Sekitar pukul 11.00 WIB, para tenaga pendidik dan kependidikan SMA Putra Bangsa Depok melanjutkan kunjungan ke Telaga Warna Dieng dan Telaga Pengilon yang letaknya tidak jauh dari Batu Pandang Ratapan Angin. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit menggunakan bus kecil, rombonga tiba di objek yang dimaksud. Sengatan bau belerang (sulfur) menyambut kedatangan rombongan, diikuti pemandangan hamparan air danau berwarna hijau yang begitu indah. Sebenarnya, warna air Telaga Warna Dieng bisa berubah-ubah, terkadang hijau, kuning, bahkan berwarna-warni (pelangi). Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna-warni. Sementara, Telaga Pengilon luput dari kunjungan para peserta field trip karena adanya perbaikan atau renovasi di sekitar objek tersebut. 

Sekitar pukul 12.00 WIB, rombongan kembali ke home stay untuk beristirahat, makan siang dan sholat. Pada sore harinya, selepas melaksanakan sholat Ashar, kunjungan dilanjutkan ke objek terakhir yaitu Bukit Sikunir. Bukit Sikunir dikenal dengan sebutan Golden Sunrise karena keindahan alam berupa sunrise atau matahari terbit akan tersaji jelas bagi wisatawan yang sampai ke puncaknya. Karena waktu kunjungan yang kurang tepat (sore hari), maka rombongan tidak sampai mendaki bukit yang memiliki ketinggian 2.300 mdpl sampai puncaknya. Sebagian besar dari rombongan menghabiskan waktu di kaki bukit Sikunir. Di kaki Bukit Sikunir terdapat sebuah telaga yang bernama Telaga Cebong. Dinamai demikian karena bentuknya yang seperti berudu (kecebong) jika dilihat dari atas. Di area Telaga Cebong juga dilengkapi dengan camp area yang biasa digunakan untuk mendirikan tenda. Di mana, tenda-tenda tersebut biasa digunakan oleh para pendaki bukit Sikunir yang bermalam dan hendak melihat sunrise di waktu fajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun