Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengejar Bayang-Bayang Sejati

3 Juli 2021   20:09 Diperbarui: 4 Juli 2021   05:51 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: toko.gurupenggerakindonesia.com

Tetapi ada satu hal yang harus kita ingat dalam mengejar impian tersebut. Karena pada hakikatnya impian adalah merupakan bayang-bayang. Ketika ia sudah berhasil kita kejar, maka sifat kebahagiaannya adalah sesaat dan sementara. Agar kebahagiaan yang diraih bersifat kekal dan hakiki, maka perlu dilandasi dengan sesuatu yang berasal dari yang abadi. 

Landasan dari sebuah impian yang kita kejar adalah niat yang tulus semata-mata karena Illahi, zat yang Maha Abadi. Ketika kita bercita-cita ingin memiliki pendidikan yang tinggi, maka dasarnya adalah karena ibadah dan sebagai salah satu bentuk pengabdian diri kepada Allah SWT. Sehingga dari ilmu yang didapatkan, akan diimplementasikan untuk sebesar-besarnya kebaikan ummat manusia, dan bukan untuk sebuah kesombongan.

Demi kemajuan hidup, kita harus bekerja sungguh-sungguh untuk masa depan kita, seolah-olah kita akan hidup selamanya. Namun, kita juga harus menghindari diri dari menjadikan dunia ini seperti air laut, yang semakin diminum akan semakin menimbulkan dahaga, dan melupakan tujuan akhir dari perjalanan hidup di dunia ini, yaitu menuju perjalanan yang lebih panjang yaitu akhirat.

Semoga kita tidak termasuk manusia yang larut dalam mengejar bayang-bayang semu. Sebaliknya, yang kita kejar adalah bayang-bayang sejati, hidup penuh dengan optimisme dan cita-cita yang tinggi serta fokus pada perjalanan hidup yang sesungguhnya (akhirat) tanpa melupakan nasib kita di dunia.  ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun