Lidya menjelaskan, kemiskinan hanya salah satu penyebab, banyak faktor yang mendorong seseorang turun ke jalan, seperti kondisi keluarga yang berantakan dan eksploitasi.
Pemerintah harus lebih serius menyikapi keberadaan manusia silver, terutama mereka yang masih berusia anak-anak dan remaja. Bisa jadi keberadaan manusia silver, khususnya yang masih di bawah umur (anak-anak dan remaja) ada pihak-pihak yang memanfaatkan (eksploitasi) mereka untuk mendapatkan keuntungan.
Dukungan masyarakatpun sangat dibutuhkan dalam menyikapi fenomena keberadaan manusia silver. Menjamurnya keberadaan manusia silver di jalanan, tak lain karena warga kerap memberikan uang. Selama masih banyak orang yang memberi uang di lampu merah, maka selama itu juga mereka akan ada terus.
Kita harus bijak dalam menilai dan menyikapi keberadaan manusia silver. Sebagai sesama manusia, tentu kita sama-sama merasakan kesulitan ekonomi akibat dampak pandemi saat ini. Pemerintah harus dapat menemukan akar masalah penyebab utama maraknya manusia silver di jalan-jalan.Â
Jika permasalahannya adalah keterpaksaan karena tidak ada pekerjaan yang layak, maka kewajiban negara menyiapkan pekerjaan yang layak. Bukankah konstitusi telah mengamanahkan bahwa" Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan" (UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 ).Â
Baca juga: Manusia Silver, antara Sukarelawan, Seniman, atau Pengemis?
Jika ada dari manusia silver tersebut terpaksa turun ke jalan karena putus sekolah, maka mereka harus dikembalikan ke sekolah dengan diberikan subsidi atau bantuan biaya sekolah.Â
Namun jika memang masalahnya terletak pada mentalitas mereka yang memang suka di jalan, maka peran dinas sosial di tiap daerah sangat dibutuhkan untuk memberikan kesadaran akan pembangunan mental dan karakter mereka dengan melalui pembinaan dan pelatihan-pelatihan.Â
Sekali lagi peran masyarakat sangat dibutuhkan, dengan cara tidak "memanjakan" mereka dengan memberi uang. Jangan sampai mereka berkesimpulan nantinya, "lebih baik di jalan, dapat mengumpulkan uang  Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per hari daripada harus sekolah, "lebih baik di jalan, dapat mengumpulkan uang  Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per hari dari pada harus bekerja".
Kita berharap semoga semua warga negara Indonesia mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan kita berharap juga semoga semua anak bangsa dapat memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan sebagai bekal masa depan mereka.***
Salam. Ropiyadi ALBA 210820