Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mutu Pendidikan Indonesia Pasca 75 Tahun Merdeka

13 Agustus 2020   22:34 Diperbarui: 15 Agustus 2020   19:23 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: duniadosen.com

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mutu pendidikan di Indonesia masih terbilang memperihatinkan. Berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 78 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. 

Penyebab masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh banyak hal, bisa berupa masalah efektifitas, efisiensi maupun standarisasi pengajaran. Secara garis besar permasalahan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Sikap guru dan orangtua terhadap kreativitas. Sering dijumpai guru dan juga orang tua siswa lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi daripada yang rendah. 

Para orang tua khususnya, masih sangat mengutamakan kecerdasan Intelektual (IQ), karena mereka menganggap hal inilah yang sangat mempengaruhi masa depan dan kesuksesan anaknya kelak. Sikap yang demikian justru akan mematikan kreatifitas anak, sehingga mereka hanya akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kaku dan mudah stress.

2. Sumber daya pendidikan yang belum memadai. Sumber daya pendidikan yang dimaksud mencakup hal-hal seperti, kinerja mengajar guru di kelas, kualitas budaya belajar siswa,  sarana dan prasarana pendidikan, maupun anggaran pendidikan. 

Sumber daya pendidikan lebih banyak difokuskan pada urusan administrasi dari pada diarahkan pada proses pembelajaran secara utuh, total dan menyeluruh.

3. Sistem pembelajaran lebih banyak menitikberatkan pada kuantitas hasil dari pada kualitas proses. Hal ini tercermin dalam semangat penyelenggaraan penilaian, baik yang sifatnya Penilaian Harian, Penilaian Tengah Semester, Penilaian Akhir Semester, ataupun Ujian Sekolah. 

Para guru dan orang tua lebih memperhatikan kuantitas nilai yang diperoleh siswa, ketimbang proses yang telah dilalui untuk meraih nilai tersebut. 

Pihak sekolah, selaku penyelenggara pendidikan lebih memusatkan perhatiannya pada jumlah lulusan daripada memperhatikan kualitas proses pembelajaran. Membahas soal-soal lebih diminati daripada mengkaji dan mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori ilmu pengetahuan.

4. Kurikulum, proses pembelajaran, sistem evaluasi masih bersifat parsial terhadap tujuan pendidikan nasional.  Hasil belajar belum mencerminkan terwujudnya tujuan pendidikan secara utuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun