Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mutu Pendidikan Indonesia Pasca 75 Tahun Merdeka

13 Agustus 2020   22:34 Diperbarui: 15 Agustus 2020   19:23 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: duniadosen.com

Banyak ditemui siswa dengan nilai hasil belajar yang tinggi, namun belum memiliki nilai-nilai karakter dan watak yang bermartabat, dan sebaliknya tidak sedikit siswa yang memliki karakter yang baik, namun tidak didukung oleh nilai akademis yang memadai.

5. Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan belum didukung oleh sistem, kultur dan kinerja mengajar, serta budaya belajar secara komprehensif. 

Secara konseptual standar tersebut dianggap telah mewakili standar kualitas yang diharapkan, namun dalam praktiknya belum didukung oleh sistem, kultur dan kinerja mengajar, serta budaya belajar siswa secara komprehensif. Kita mengenal delapan Standar Nasional Pendidikan, meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian. 

Namun delapan standar tersebut baru akan 'dilihat' manakala sebuah sekolah akan mengkuti sebuah penilaian, baik yang sifatnya tahunan atau lima tahunan sekali.

6. Adanya penyempitan makna Pendidikan menjadi pengajaran, bahkan pengajaranpun telah dipersempit menjadi proses transfer ilmu yang puncaknya adalah ujian demi ujian. 

Konsekuensi dari masalah ini adalah akan menciptakan kegiatan belajar yang hanya menekankan pada unsur pengetahuan dengan sistem hapalan. Siswa dibiasakan dan dibentuk untuk dapat mengerjakan setiap soal ujian tanpa mengerti makna dan manfaat dari setiap permasalahan yang diangkat dalam soal-soal tersebut.

Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan pendidikan di atas bukanlah perkara mudah. Meskipun saat ini Indonesia sudah menginjak usia kemerdekaan yang ke-75, namun tetap saja salah satu cita-cita kemerdekaan "untuk mencerdaskan kehidupan bangsa" belum juga terwujud secara paripurna. Paling tidak ada dua sasaran pembangunan pendidikan yang harus terus dilakukan, yaitu pembangunan manusianya dan  pembangunan infra strukturnya. 

Pembangunan manusia yang dimaksud adalah dengan membangun kesadaran manusia Indonesia akan peran dan fungsinya sebagai manusia di  muka bumi ini. Sebagai hamba Tuhan, seyogyanya setiap manusia sadar apapun aktivitas yang dilakukan, semuanya harus berlandaskan iman dan takwa. 

Kalau ini sudah menjadi landasan bersikap, landasan berpikir, dan landasan bekerja, maka kita tidak akan lupa akan jati diri kita. Sehingga pada akhirnya ilmu pengetahuan yang didapat tidak akan menjadikannya manusia -manusia yang sombong, yang merasa paling pintar, dan mengambil keuntungan dari orang lain dengan berbagai cara yang merugikan. 

Sebaliknya, jika iman dan taqwa sudah dijadikan landasan, maka apabila mengalami kegagalan tidak akan mudah putus asa, stress, dan bertindak diluar norma-norma yang berlaku. 

Jika mentalitas manusianya sudah terbentuk (mentalitas ketakwaan, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, dan pantang menyerah), maka pembangunan infra struktur di bidang pendidikan dengan sendirinya akan bernilai efektif dalam menstimulasi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun