Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat .

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Utang di Bank maupun Teman, Harus Dilunasi!

7 Agustus 2020   22:04 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:51 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Fimela.com

Jangan sampai karena utang sudah jatuh tempo, maka utang tersebut jadi bertambah besar karena beban bunga yang terus naik, sampai akhirnya sesuatu yang sangat harus dihindari adalah adanya pengambilan aset oleh bank karena kita dianggap mengingkari perjanjian pelunasan utang.

Pada dasarnya ketika seseorang mengajukan pinjaman utang ke bank, pihak bank sudah mempertimbangkan kelayakan besaran pinjaman yang diajukan dengan aset yang dimiliki si peminjam dan total pendapatan yang dimilikinya. 

Hanya saja si peminjam adakalanya tidak jujur, ia besarkan nominal pemasukannya dan dikecilkan nominal pengeluarannya dengan harapan pihak bank meluluskan pengajuan utangnya. 

Alhasil ketika pinjamannya cair, ia merasa sangat terbebani dengan biaya cicilan utang tersebut (padahal baru memasuki awal-awal pembayaran), karena memang pada dasarnya tidak ada keseimbangan antara besaran utang yang menjadi pengeluaran barunya dengan pemasukan (income)nya. 

Demikian pula bila sumber utang berasal dari sumber informal, seperti teman dekat ataupun saudara. Utang menjadi suatu kewajiban yang harus dibayar. Jangan sampai kita beranggapan kalau berutang dengan teman atau saudara, merupakan hal yang sepele sehingga kita sepelekan pula prihal pelunasannya. 

Tidak jarang berutang pada teman atau saudara menjadi awal dari kesenjangan hubungan. Ketika meminjam, memelasnya luar biasa. Namun bila ditagih luar biasa sulitnya. Bahkan tidak jarang justru yang berutang lebih galak dari yang memiliki piutang

Bila kita  berencana meminjam uang ke teman atau saudara, jangan lupa ada etikanya. Jangan sampai demi memenuhi kepentingan kita, orang lain jadi merasa dirugikan. 

Satu hal penting yang harus kita tanamkan di pikiran adalah di sini kita yang membutuhkan, bukan mereka. Jadi jangan baper atau sakit hati jika tidak dipinjami. Kita tak pernah bisa melihat hanya dari luarnya saja. 

Siapa tahu orang yang kita pinjam uangnya punya kebutuhan yang lebih besar daripada kita, atau kondisi finansialnya sedang tidak sehat. Harus dipastikan kapan kita bisa mengembalikannya, secara tunai atau dicicil. Sebaiknya perjanjian soal waktu pengembalian ini kita yang menyatakan, bukan orang yang meminjamkan uang itu . Tepati janjinya agar tak mencederai hubungan pertemanan atau persaudaraan.

Sebaiknya dalam hidup ini kita tidak punya utang, apalagi utang yang sifatnya konsumtif. Seringkali dengan adanya utang membuat tidur kurang nyenyak dan dunia terasa sempit. 

Namun yang terpenting adalah bagaimana cara kita mengelola keuangan, termasuk menyediakan dana darurat agar tidak panik jika ada hal yang tiba-tiba membutuhkan uang dalam jumlah banyak. untuk itu, mulai dari sekarang kita sudah mulai memilah-milah mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun