Sejak ditetapkannya status pandemi covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi menjadi sebuah keniscayaan. Beragam pendapat muncul dari adaya fenomena pembelajaran di masa pandemi ini. Adanya sejumlah opini yang mempertanyakan, Apakah Pembelajaran Jarak Jauh mencerdaskan anak bangsa atau justru membodohi?
Pada awalnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diperuntukkan bagi para mahasiswa yang kuliah di Universitas Terbuka, karena keterbatasan waktu mereka untuk melakukan tatap muka disebabkan bekerja atau lainnya.Â
Para peserta Pembelajaran Jarak Jauh dibekali dengan modul pembelajaran dan sikap kemandirian yang harus dimiliki oleh setiap mereka agar dapat memenuhi beban belajar yang telah ditetapkan dan dapat lulus tepat pada waktunya.
Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh sebenarnya tidak bisa diidentikkan dengan pembelajaran dalam jaringan (daring/on line), namun dalam kenyataannya banyak sekolah dan perguruan tinggi yang mengambil langkah praktis dengan menggunakan media internet berupa Learning Management System, Zoom, google meeting, atau media lainnya yang sangat mengandalkan kekuatan kuota dan sinyal internet.Â
Baca juga : 6 Manfaat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Yang Perlu Kamu Ketahui
Padahal sama-sama kita ketahui, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia sangat heterogen, termasuk di kota-kota besar. Belum lagi masih banyaknya daerah-daerah yang termasuk blank spot, dimana jaringan internet belum masuk menjangkau daerah mereka.
Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi sebenarnya merupakan sebuah keputusan yang dilematis. Sebelumnya ada usulan agar Tahun Ajaran Baru 2020 ditunda sampai bulan Januari, sehingga selama bulan Juli-Desember para siswa dan mahasiswa diliburkan sampai melihat perkembangan pandemi covid-19.Â
Namun jika keputusan ini yang diambil, ada sejumlah suara yang mengatakan bahwa hak-hak warga negara untuk mendapat pengajaran akan terganggu dan terbengkalai. Sehingga pada akhirnya pemerintah melaui kemendikbud memutuskan tidak mengubah Tahun Ajaran Baru 2020 yaitu tetap di bulan Juli, walaupun para siswa harus Belajar Dari Rumah (BDR).
Setelah berlangsung selama kurang lebih tiga pekan, berbagai keluhan mulai bermunculan, baik itu dari para orang tua, para siswa / mahasiswa, termasuk para guru di sekolah.Â
Para orang tua mengeluhkan tingginya harga kuota internet, sehingga membuat beban hidup mereka makin bertambah, padahal untuk membiayai kebutuhan akan konsumsi dan biaya listrik saja mereka merasa kesulitan.
Baca juga : Apakah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif di Indonesia?