Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membangun Dinasti Politik di Balik Topeng Demokrasi

22 Juli 2020   21:25 Diperbarui: 22 Juli 2020   21:38 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:rm.co.id

Presiden Indonesia selanjutnya yang nampak ingin melanjutkan Trah kepemimpinannya adalah Presiden ke-6 Indonesia yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Sejak masih berkuasa, putra kedua SBY, yaitu Eddy Baskoro Yudhoyono (Ibas) sudah terjun ke politik dan menjabat sebagai ketua fraksi Partai Demokrat di DPR. Selanjutnya, di tahun 2017 putra sulung SBY- Agus Harimukti Yudhoyono (AHY)- terjun ke politik dan meninggalkan dinasnya di kemiliteran. Debut awal AHY di politik adalah sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022. Saat ini AHY menduduki posisi sebagai ketua umum Partai Demokrat.

Ternyata, Presiden ketujuh Indonesia-Joko Widodo- tidak ingin kalah dengan presiden-presiden sebelumnya. Kalau anak-anak presiden sebelumnya terjun ke politik sebagai anggota DPR, Menteri, atau petinggi partai, maka di tahun 2020 ini putra sulung Jokowi mengadu peruntungan menjadi calon walikota. 

Secara hukum, tidak ada yang salah dengan langkah yang dilakukan putra sulung Jokowi tersebut, apalagi dalam negara demokrasi semuanya punya hak untuk memilih dan dipilih. Bedanya dengan anak presiden sebelumnya adalah, Putra Sulung Jokowi -Gibran Rakabuming Raka- mencalonkan diri sebagai Wali Kota pada saat sang ayah masih menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala pemerintahan.

Munculnya dinasti politik pada saat salah satu anggota keluarga masih menjabat, akan memicu munculnya konflik kepentingan. Untuk itu sebisa mungkin politik dinasti harus dihindari, karena jika makin maraknya praktek ini di berbagai pilkada dan pemilu legislatif, maka proses rekrutmen dan kaderisasi di partai politik tidak berjalan atau macet. 

Kader-kader partai yang potensial dan memiliki nilai elektoral dan integritas tinggi dipaksa mengalah demi majunya "sang putra mahkota" sebagai pemimpin. Dalam posisi ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan hubungan kekerabatan untuk meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari kalangan "darah biru" atau politik dinasti yang tidak melalui proses kaderisasi.

Dengan Politik Dinasti membuat orang yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal sebaliknya pun bisa terjadi, dimana orang yang kompeten menjadi tidak dipakai karena alasan bukan keluarga. Di samping itu, cita-cita kenegaraan menjadi tidak terealisasikan karena pemimpin atau pejabat negara tidak mempunyai kapabilitas dalam menjalankan tugas.

Sebenarnya yang menjadi kunci adalah kompetensi dan kapabilitas. Kita tidak boleh membatasi hak seseorang untuk memilih atau dipilih, jika seseorang tersebut mempunyai kualifikasi dan kompetensi mengapa tidak?. Namun kita tidak boleh lupa, bahwa di atas hukum ada etika. 

Secara etika, kurang elok rasanya jika ada anak pejabat mencalonkan diri sebagai pejabat. Orang akan berpandangan bahwa keterpilihannya pada ajang elektoral karena faktor ayahnya, namun ketika yang bersangkutan kalah maka kredibelitas sang ayah akan sedikit terganggu.

Maka dari itu janganlah kita membangun dinasti politik di balik topeng demokrasi, sebab negara Indonesia bukanlah negara dengan sistem pemerintahan monarki yang memilih pemimpin berdasarkan garis keturunan.***

Salam. Ropiyadi ALBA 220720 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun