Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah di Balik Pandemi

24 Mei 2020   11:10 Diperbarui: 24 Mei 2020   15:29 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sama -sama kita ketahui, bahwa Ramadhan dan Iedul Fitri kali ini kita lalui di tengah terjadinya Pandemi Global Covid-19 yang melanda seluruh negeri di belahan dunia manapun. Sebagai ummat beragama kita harus meyakini bahwa segala macam musibah yang terjadi semua atas izin dan kendali sang pencipta dan pengatur alam jagad raya yaitu Allah SWT.

Memang harus diakui bahwa Pandemi ini telah menjungkirbalikkan tatanan kehidupan manusia, khususnya di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, bahkan politik. 

Suatu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh semua orang, bahwa pada akhirnya semua perencanaan yang sudah dibangun harus berantakan atau paling tidak disesuaikan kembali hanya karena makhluk yang sangat kecil dan tidak kasat mata bernama virus Corona.

Namun, sebagai manusia dan makhluk Tuhan tidak sepantasnya kita berkeluh kesah ketika menghadapi musibah. Paling tidak kita harus dapat mengambil hikmah dibalik setiap peristiwa, termasuk Pandemi saat ini. Ada dua hal yang dapat kita petik dari peristiwa ini, yaitu:

Pertama, peristiwa Pandemi Covid -19 ini memberi kesadaran kepada kita akan kehambaan kita kepada Allah SWT. Sebagai hamba, kita terasa kecil di hadapan Allah, Dialah Tuhan yang maha besar dengan segala kekuasaanNya. 

Jabatan yang kita sandang, kekayaan yang kita miliki, nama yang masyhur di hadapan manusia, semuanya tidak akan bernilai dan memiliki arti jika tidak didasari oleh keimanan dan ketaqwaan. 

Inilah makna kalimat Takbir yang dikumandangkan ketika hari raya Iedul Fitri. Allahu Akbar..., Allah Maha Besar, semuanya kecil dan tak patut ada yang disombongkan. 

Dengan mewabahnya virus corona yang berukuran sangat kecil, ternyata patut kita akui bahwa kekuasaan dan kekuatan kitapun jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kebesaran dan kekuasaan sang Pencipta.

Kedua, peristiwa ini memberikan kesadaran akan rasa kemanusiaan kita. Bahwa rasa haus dan lapar dalam puasa Ramadhan yang telah kita jalankan pada dasarnya memang untuk dapat belajar memiliki rasa empati kepada sesama, namun hal ini ditambah lagi dengan  adanya anjuran menjaga jarak (physical distancing) dan membatasi interaksi sosial (sosial distancing), semestinya dapat kita sikapi sebagai upaya untuk peduli akan keselamatan sesama dan juga diri sendiri. 

Nilai - nilai empati inilah yang seyogyanya sinkron dengan amal ibadah yang telah dilakukan selama sebulan penuh dan membawa dampak pada ketaatan akan aturan dan kepedulian kepada sesama. 

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap musibah dan dapat melewati masa-masa sulit ini serta selalu dalam keadaan sehat wal Afiat, aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun