Mohon tunggu...
NoVote
NoVote Mohon Tunggu... Guru - Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Penyapu Jalan di Tengah Virus Corona

18 Maret 2020   02:43 Diperbarui: 18 Maret 2020   02:53 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paman Kaderi, orang banyak tak tahu namanya. Yang lalu lalang dan berpapasan dengan Paman Kaderi adalah para penjual sayur dan penjaja ikan keliling. Mereka kerap melihat Paman Kaderi di pinggir jalan. Tugasnya menyapu dan membersihkan sampah di depan jalan Sudimampir, Kalsel.

Pukul 3 dini hari, dari rumah. Rumah Paman Kaderi memang tak jauh dari Pasar. Usia 54 tahun.  Pekerjaan kontrak lepas. Bekerja berdasarkan panjang jalan yang disapu dan dibersihkan.

Dengan sepatu boot dan sarung tangan dari karet, Paman Kaderi tak sendiri. Bersama sekitar supuluh hingga dua belas orang berbagi tugas.

Membersihkan jalan adalah tugas utama mereka. Sampah yang berserakan dikumpulkan di satu tempat secara bertumpuk dan berkelompok. Setelah terkumpul biasanya pukul setengah lima pagi datang mobil sampah mengangkut hasil sapuan Paman Kaderi dan teman-temannya.

Tidak sampai di situ saja, untuk memasukkan sampah ke dalam mobil bak sampah dilakukan di tempat masing-masing. Jadi setelah menyapu dan menumpuk sampah, kemudian harus menaikan lagi.

Keuntungan lain yang Paman Kaderi dan teman-temannya adalah sampah kemasan minuman dari botol plastik dikumpulkan. Hasil penjualan itulah tambahan bagi Paman Kaderi dan teman-temannya.

Biasanya pengepul barang bekas kemasan botol plastik tersebut datang ke rumah setengah bulan sekali. Lumayan, 150 ribu rupiah rata-rata diterima Paman Kaderi dari hasil menyapu. Sementara upah yang diterima dari pemborong kebersihan jalan, Paman Kaderi tak nau cerita. Cukuplah buat kebutuhan keluarga. Begitu Paman Kaderi bercerita.

Sejak demam berdarah, bukan saja jalan yang menjadi area tempat tugasnya. Lingkungan sekitar trmpat tinggalnya juga disapu dan dibersihkan. Hanya sebagian orang yang tahu kalau Paman Kaderilah yang menyapu dan membersihkan.

"Kalau bukan saya yang mengalah ikut membersihkan lingkungan tempat tinggal saya, siapa lagi yang mau," katanya suatu ketika.

Senyum khas Paman Kaderi sebagai lelaki yang nrimo pandumeng Gusti. Menerima rejeki yang diturunkan dari langit. Asal mau berusaha pasti akan mendapatkan rejekinya. Begitu sering Paman Kaderi sampaikan pada orang-orang yang mengenalnya.

Sejak vorus corona menyebar, Paman Kaderi sangat gusar. "Harusnya merasa sakit jangan ke mana-mana. Jangan menularkan pada orang-orang," kata Paman Kaderi menanggapi wabah vorus corona yang dia tonton di televisi.

Terkait masalah tersebut, bagaimana Paman Kaderi menyikapi harus tetap menyapu jalanan tengah malam. Padahal banyak sampah yang entah orang lain buang. Siapa tau pembuangnya adalah orang yang terlena virus corona.

Enteng saja Paman Kaderi menjawab, "Kalau mau sakit. Saya pasti sudah meninggal. Nyatanya setiap malam saya begadang. Bergelut dengan sampah. Sarang segala macam penyakit. Toh buktinya saya sehat-sehat saja," katanya.

Seperti tak ada ketakutan sama sekali. Raut wajahnya tak menunjukkan ada perubahan. Mungkin saja bagi Paman Kaderi, wabah virus corona adalah hal biasa. Si sakit akan sembuh dan pulih seperti sediakala. Jika Yang Kuasa menyembuhakannya.

Begitulah Paman Kaderi, pahlawan sampah yang bahkan namanya saja tak banyak yang tahu. Sementara kadang orang yang dalam mobil seenaknya membuang sisa makanan dalam kresek lewat jendela mobil. Paman Kaderi sering geleng kepala.

Bagaimana lagi, memang tugas saya. Pagi hari semua harus terlihat bersih kembali. "Saya hanya berdoa, semoga orang-orang kaya yang punya mobil jangan lagi membuang sampah dari dalam mobil. Bukan karena saya tak mau membersihkan. Tapi kesadaran itu harusnya dibuktikan dengan tidak membuang sampah sembarangan." nasihat panjang Paman Kaderi membuat saya manggut-manggut membenarkan.

Tak pernah ada keluh kesah dalam kesehariannya. Ikhlas dengan apa yang diterima. Tak banyak meminta, dengan bekerja sebagai penyapu jalan pun sudah bersyukur. Dengan begitu saya bisa makan dan beramal demi kebersihan kota kita ini. Paman Kaderi menyelesaikan ceritanya

Sambil perjalanan pulang saya merasa alangkah mulianya orang yang telah bekerja menyapu jalan. Tanpa pamrih atas apa yang dikerjakan. Dengan penghasilan pas-pasan selalu bekerja tepat waktu.

Alhamdulillah, selama bekerja katanya tak pernah sakit. Jika sakit siapa yang akan menyapu jalan? Tanya saya sebelum berlalu. "Doakan saja, saya selalu sehat. Agar jalan selalu bersih." Aamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun