Mohon tunggu...
NoVote
NoVote Mohon Tunggu... Guru - Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gara-gara 100 Ribu

14 Maret 2020   14:16 Diperbarui: 14 Maret 2020   22:47 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hujan deras, kadang petir sambar menyambar. Di tengah sungai, melarung batang (kayu gelondongan dipotong diikat menjadi rakit). Dua saudara, Dian dan Timan berada di atas batang dalam gigil kedinginan. Siang hari.

"Bagaimana ini, Bang," tanya Timan

"Lanjut saja. Jika kita singgah. Peluangnya kecil," sahut Dian.

"Gila banget. Enakan Dia. Datang setor."

"Kita berhujan, berpanas, benyamuk."

"Iya, duduk manis dapat 100 ribu. Gila memang."

Dua orang perambah hutan sejati. Turun temurun dari leluhurnya. Tak sempat mengenyam sekolah.

Mereka lebih khawatir akan 100 ribu daripada sambaran petir. Upeti menanti harus dibayar diujung kampung.

Perkiraan larung batang akan sampai di kampun lepas tengah malam. Uang 100 ribu selamat. Kalau telat, melayang 100 wajib disetorkan.

Dan benar saja. Ada pohon besar tumbang di hadapan mereka. Menghalangi rakit batang.

"Gimana!?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun