Bagaimana mungkin dapat terlaksana ketika kepala sekolahnya tidak berakhlak mulia. Padahal akhlak mulia buka pelajaran yang hanya dihapal dan dimengerti, namun harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Kepala sekolah menjadi teladan dalam setiap tindakannya yang mencerminkan akhlak mulia.
Demikian juga menggerakkan guru dan siswa untuk kreatif, bukan dengan selfi kemudian kreatif mencuri mencium siswi. Tindakan kreatif yang memalukan. Harusnya kreatif diwujudkan dalam peningkatan kewirausahaan yang tertanam kuat pada diri seluruh warga sekolah.
Kalau hanya memeluk dan mencium berpikir akan mendapatkan kenikmatan, fungsi nalarnya ada di mana? Tergoda boleh, namun nalar juga tetap jalan. Bagaimana jika anak perempuan kita diperlakukan begitu. Rasanya pasti akan sedih.
Terlepas dari semua kasus-kasus perlakuan kepsek, guru, dan siswa kepada siswa lainnya dalam bentuk yang amoral memang tidak dibenarkan dan memantik rasa kemanusiaan. Hanya moral yang baik yang mampu menangkal semua tindakan itu.
Oleh karenanya sudah tepat apa yang dilakukan Mas Nadiem dengan program Sekolah Penggerak, dan Pelajar Pancasila yang disasarkan kepala kelapa sekolah. Dengan harapan kepala sekolah akan menjado ujung tombak pergerakan tersebut.
Kita semua pasti tak ingin lagi mendengar dan membaca ada perilaku pendidik dan kepala sekolah yang tidak sewajarnya terhadap guru dan siswa yang menjadi tanggung jawab untuk dilindungi, dikembangkan dan dimanusiakan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H