Pekerja pabrik sejak lama sudah mengenal istilah absen dengan kartu. Mereka memasukkan kartu ketika datang dan ketika pulang. Tidak ada yang terlambat datang dan tidak ada yang terlambat pulang. Jika beberapa jam pulang terlambat maka akan diperhitungkan sebagai lembur. Jika mereka datang terlambat maka gaji bulanannya akan di potong.
Di lingkungan PNS kebijakan fingerprint ketika pertama diberlakukan ternyata banyak dikomentari miring oleh sabagian besar PNS. Namun lama kelamaan akhirnya mereka terbiasa. Fingerprint ternyata mampu meningkatkan disiplin kerja, terutama kedatangan.
Di lingkungan Departeman agama malah telah memberlakukan fingerprint online sehingga manipulasi kehadiran tidak bisa lagi dilakukan. Demikian juga dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagian besar sekolah, fingerprint online juga telah berlaku.
Apalagi dengan ancaman bahwa apabila dalam laporan fingerprint terlambat atau tidak hadir maka akan dilakukan pemotongan tunjangan daerahnya. Â Sehingga demi fingerprint tetap waktu tak peduli hujan badai, para PNS rela berhujan mengejar fingerprint yang ada.
Namanya juga mesin fingerprint pun masih banyak diakali oleh mereka yang memang sudah terbiasa kurang disiplin. Kadang malah sambil bercanda, "Ah, hanya mesin. Gampang itu."
Mereka datang tepat waktu malah kadang lebih pagi dari yang lain. Namun setelah fingerprint pulang lagi ke rumah atau melakukan aktifitas di luar kantor. Dengan alasan macam-macam. Ada yang mengantar anak sekolah. Mengantar istri belanja ke pasar, dan lain-lain.
Jika sekali dua dilakukan mungkin rekan-rekan yang lain akan tenggang rasa. Tapi kalau jadi kebiasaan rutin pastilah membuat rasa iri bagi relan kerja yang lain.
Demikian juga ketika siang hari. Tak sedikit yang pulang dahulu. Nanti setelah waktunya fingerprint pulang baru datang ke kantor lagi untuk sekedar setor jempol pada menis bernama pingerprint.
Jam kerja yang durasinya panjang pastilah membuat PNS kelelahan. Namun jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja di pabrik dengan jadwal dan pekerjaan yang padat pastilah tidak seberapa. Dasar saking enaknya saja sudah jadi PNS akhirnya kebiasaan malas kian hari kian membesar.
Apalagi jika yang dihadapi hanya laptop dan kertas, tak masuk dalam pelayanan publik maka semakin panjang durasi waktunya jika tidak kreatif membagi kerja di kantor pasti akan terasa snagat jenuh. Lucunya jam siang sambil menunggu waktu pulang merasa seperti pekerjaan habis sudah dikerjakan. Akhirnya yang dilakukan hanya tidur-tiduran.
Berbeda halnya dengan mereka yang bekerja di pelayanan publik jam padat memang mengharuskan mereka bekerja dan on time secara maksimal.