Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kejahatan karena Ketidakpuasan yang Menyertainya

10 Maret 2020   10:50 Diperbarui: 10 Maret 2020   11:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini tidak setiap orang memiliki motivasi yang sama ketika bekerja. Alhasil, motovasi yang besar melahirkan hasil kerja yang besar, sementara motivasi yang kadang baik kadang buruk tak menunjukkan hasil kerja yang maksimal.

Begitu hasil kerja yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan akhirnya melahirkan ketidakpuasan dalam pekerjaan.

Impilkasinya apa?
Ketidakpuasan yang diumbar dengan kebencian. Menganggap prestasi yang diperoleh orang lain karena telah menindas dan menyingkirkannya. Nalar yang tidak masuk akal sama sekali.

Tidak puas dengan hasil kerja sendiri tidak disadari sebagai sebuah cambuk untuk memperbaiki diri. Malah sibuk mencari kekurangan dan kelemahan orang lain. Di segala lini.

Akibatnya?
Langsung atau tidak langsung, perbuatan menghakimi orang lain atas hasil kerjanya melalui sarana yang ada, media sosial dan lain-lain. Menganggap aneh orang lain dan merasa diri paling normal dan paling berpestasi.

Padahal setiap kerja memiliki standar operasional masing-masing. Sehingga melalui teory memperbandingkan dinilai kurang tepat ketika ukuran keberhasilan hanya dalam bentuk memperbandingkan.

Kasak kusuk ingin berusaha menjatuhkan termasuk dalam kejahatan. Rasa tidak puas terhadap prestasi orang lain dijadikan dasar melakukan tindakan kejahatan. Dalam bentuk apa pun kejahatan yang diperbuat, tetap saja dinilai sebagai sebuah kejahatan.

Demikian juga ketika merasa diperlakukan tidak adil, sesuai teory kedua. Keberhasilan orang lain yang mampu memanfaatkan waktu, sarana dan kemampuan diri secara maksimal dianggap telah tidak adil. Sementara yang bersangkutan tak menyadari bahwa peluang keberhasilan tersebut pun dapat diraihnya jika memaksimalkan potensi diri dan memaksimalakan lingkungan yang ada.

Apa yang harus dilakukan?
Sebagai pekerja, memperbaharui kompetensi yang dimiliki bersaing secara sehat lebih baik daripada menghabiskan waktu pikiran dan tenaga mengurusi keberhasilan orang lain. Iri asal tidak diikuti dengan kedengkian tak akan melahirkan kejahatan.

Dimulai dengan bersyukur atas hasil kerja, dilanjutkan dengan kontinuitas peningkatan kompetensi diri dengan memaksimalkan sarana dan prasarana yang menyertainya. Menghabiskan waktu untuk memperbaharui diri tak akan menyediakan waktu untuk menggunjing dan mencari kesalahan dan kekurangan orang lain.

Dengan begitu kejahatan dalam bentuk sekecil apa pun dapat dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun