Bagi warga masyarakat Kalimantan Selatan, musik panting pasti lekat dengan telinga. Alat Gambus yang dipetik senarnya melengking memiliki ciri khas tersendiri.
Semakin hari semakin merambah tempat berkeseniannya. Di mulai dari acara-acara perkawinan, pemerintahan, dan hari-hari besar kini turun ke jalan. Ngamen istilahnya. Ke rumah makan dan ke restoran-restoran. Sebuah kemajuan atau kemunduran?
Dan pada perkembangannya, musik panting ini pun tidak hanya ditampilkan di acara-acara tertentu saja. Malah ada fenomena menarik, karena beberapa grup musik panting ada yang membawakannya di berbagai tempat, layaknya pengamen pada umumnya.
Tempat mangkal di Banjarmasin, musik panting biasanya terjadwal contohnya musik panting Saraba Langgam yang di Siring Jalan Piere Tendean, tepatnya di dekat Pasar Terapung. Musik panting tampi jugal di beberapa rumah makan di Banjarmasin seperti di Warung Jukung Julak dan juga Soto Bang Amat yang ada di daerah Banua Anyar, Kalimantan Selatan.
Bergesernya nilai pada masyarakat kita sekarang ini, yang mulanya dipelopori oleh penggiat seni, terutama artis yang ngamen. Menjadikan ngamen menjadi sesuatu yang biasa saja. Apalagi jika ngamen bertujuan untuk menggalang dana bagi bantuan korban bencana.
![Khaidir Jhutekz Blogger's Khaidir Jhutekz Blogger's: Musik Panting](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/09/images-2-5e665aa7097f360b107f56e2.jpeg?t=o&v=770)
Apa yang dipertunjukkan masih dapat dinikmati.Saya beberapa kali mengalami bertemu pengamen di rumah makan. Kebetulan menunggu teman, jadi agak lama bertahan di rumah makan tersebut. Saya perhatikan dua pengamen membawa gitar dan satunya menyanyi. Selama sekitar satu jam saya duduk di rumah makan itu sungguh tak terhitung berapa kali dia mampir dan menyanyi.
Dengan lagu sumbang yang sama, dinyanyikan separo saja kemudian penyanyi tadi berkeliling mengedarkan kresek bekas bungkus kacang. "Permisi, permisi, permisi." Jelas saya tak lagi memberi uang buat pengamen itu. Ya masak setiap kali dia datang saya selalu memberi uang sih, pikir saya.
Setelah mereka pergi, saya coba tanya ke pemilik warung makan tersebut. "Memangnya setiap hari ya mereka ada di sini?"
Nah, ternyata selama ini pemilik warung tersebut memendam rasa marah yang begitu besar. Sampai-sampai dia berkomentar, "Sepertinya banyak yang ngamen itu dapat duitnya daripada saya."
Banyangkan saja, katanya. Sehari lebih dari seratus kali pengamen itu mondar mandir di warungnya. Semenjak ada pengamen itu, warungnya semakin hari semakin sepi. Para pelanggan merasa terganggu, karena baru saja mau menyuap nasi. Sudah saja mereka datang. Siapa yang tahan.
Saya jadi tertawa dalam hati. Jangankan pemilik warung, saya yang tidak tiap hari saja berada di warung itu merasa kesal. Apalagi pemilik warung.
Kembali ke masalah musik panting. Beberapa tahun yang lalu, ketika acara walimatul perkawinan banyak yang menggunakan jasa para pemusik panting untuk hiburan. Perlahan kehadiran musik panting tergeser oleh musik kreatif lainnya. Seperti gurp band dangdut, grup band modern yang peralatan soundnya lebih canggih.
Demikian juga karena biaya sewa mereka hampir sama, mengakibatkan pilihan jatuh pada musik selain musik panting.
Kalau dahulu musik panting jadi pengiring pementasan mamanda, hadrah, dan japi. semakin hari semakin tertinggalkan. Akhirnya kalau hanya musik panting saja, penikmatnya hanya mereka yang sudah dewasa dan tua saja. Para remaja dan pemuda lebih memilih musik modern.
![Harian Nasional Kalsel Gelar Festival Musik Panting](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/09/images-3-5e665ad2097f362a1e099a92.jpeg?t=o&v=770)
Sanggar-sanggar latihan bagi pemusik panting untuk melatih diri perlu juga disediakan tempat dan difasilitasi oleh Pemkot dan Pemda. Semua warga Kalimantan Selatan pasti tak ingin musik panting tergilas zaman. Intesif pembinaan dan pemasyarakatan bagi penggiat musik panting perlu diprioritaskan.
Jangan sampai suatu ketika, saat orang Kalimantan lupa akan musik panting tiba-tiba di negeri tetangga musik panting menggelora dan memasyarakat. Setelahnya mereka klaim.bahwa musik panting merupakan budaya mereka.
Kalau hal ini terjadi, kita tak bisa protes. Karena di tempat kita musik panting sudah tidak ada lagi. Bahkan yang bisa memainkan musik panting telah lenyap dari bumi Kalimantan selatan. Semoga saja jangan.
Dengan lebih banyak lagi menggelar lomba musik panting dalam setiap perayaan hari jadi Kotamadia, maupun hari jadi Kabupaten diharapkan geliat pemusik panting kembali tumbuh dan berkembang. Tak mengapa jika ingin mengikuti selera zaman dengan memadukan musik panting dengan musik modern. Yang penting musik panting tetap eksis di Kalimantan Selatan.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI