Pembangunan unit sekolah baru di daerah baru sulit ditemukan. Menanti PNS guru yang pansiun dan meninggal pasti tak sebanyak yang lulus dari Fakultas (Institut) keguruan. Lapangan kerja apa yang layak untuk mereka?
Ketika UN masih ada, sedikit peluang terbuka bagi mereka. Membuka bimbingan belajar persiapan UN, Les pelajaran masih bisa dijadikan pekerjaan sampingan. Bagaimana pun lulusan SI pendidikan adalah calon guru. Sangat janggak ketika mereka harus bekerja di perusahaan. Skil yang dimiliki tak akan mendukung di mana tempatnya akan bekerja.
Sungguh dilema yang harus dicarikan jalan keluarnya. Mungkin bagi sebagian orang, cukuplah mendaji sarjana pendidikan supaya mampu mendidik anak nantinya. Kemudian berwiraswasta, berdikari membuka lapangan usaha sendiri.
Kalau demikian halnya, seharusnya ketika di bangku perkuliahan para mahasiswa kependidikan dibekali dengan ilmu kewirausahaan. Mata kuliah tambahan bagi persiapan para lulusan untuk berwirausaha setelah mereka lulus nantinya.
Sehingga dogma yang berkembang selama ini, bahwa S1 Kependidikan tak mesti berdiiri di depan kelas memberikan materi pelajaran.
Terlepas dari masalah Novi dan Novi yang lain, mereka adalah guru yang bernasib malang tak mampu lagi menyandang gelar kebanggaan, Guru PNS. Bagaimana pun, hidup harus berjalan. Kesulitan demi kesulitan harus diatasi dan diperjuangkan. Ada yang berhasil, dan ada yang gagal bertahan. Seperti halnya sel sperma dalam rahim ibu. Pemenangnya adalah kelahiran.
Walaupun demikian, pemerintah tetap harus berpikir keras. Bagaimana nasib lulusan para calon guru ini. Keterbatasan sekolah yang ada dan jumlah lulusan yang tak berimbang. Semoga saja mereka bukanlah para pengangguran yang terselubung dari ketidakadanya lapangan pekerjaan di sekolah.***
(Cerita ini sudah mendapat persetujan yang bersangkutan untuk ditayangkan)