Banyak faktor yang menjadi penyebab penyimpangan perilaku peserta didik di dalam kelas. Sejatinya peserta didik hanya minta untuk diperhatikan. Nah, bentuk meminta perhatian itulah yang kadang di luar nalar normal. Bagi para guru, hal tersebut dapat dinaklumi.
Sementara terkait masalah musibah tentang peserta didik SMPN 1 Turi juga tidak sekonyong-konyong terjadi musibah itu kita menyalahkan guru.
Pengalaman saya selama membimbing kegiatan pramuka juga pernah mendapatkan kasus peserta didik saya lemas terjatuh di irigasi. Alhamdulillah berkat teman-temannya akhirnya bisa selamat.
Coba bayangkan, satu orang guru mengawasi dua regu. Masing-masing regu berjumlah 12 orang. Artinya satu guru pembimbing akan mengawasi 24 peserta didik. Dan mereka bukan robot yang bisa diperintah A kemudian akan mengerjakan A.
Peserta didik adalah manusia unik. Mereka sulit diterka, walau sebelum kegiatan segala bentuk antisipasi telah diberikan. Telah diperingatlan telah diakarkan.Â
Di antara 24 orang pasti ada yang kelakuannya berbeda dengan teman lainnya. Dan tetap tak bisa diterka. Diminta A kadang melakukan B hanya sekedar ingin coba-coba.
Makanya kalau sekiranya kita bukan guru, dan hanya melihat kejadian dari luar tembok sekolah pasti akan mengira setiap terjadi peristiwa yang sepertinya di luar kewajaran, seperti kasus peserta didik yang merokok dan peserta didik yang kena musibah jangan langsung menghakimi semua salah guru.
Kalau ingin tau bagaimana jadi guru silakan 2 jampel berdiri di muka kelas. Atau duduk mengamati perilaku peserta didik ketika ada guru di depan kelas. Kita akan tahu betapa sulitnya menjadi guru.
Se jelek-jelek guru mereka adalah sarjana keguruan. Telah mengalami manis getirnya bangki perkuliahan. Sementara ketika kuliah, materi terkait ketika akan berdiri di depan kelas semua diajarkan. Dan mereka tak akan lulus kuliaj sebelum menguasai materi tersebut.
Para mahasiswa calon guru sudah diajarkan bagaimana menghadapi peserta didik bermasalah. Ada mata kuliah psikologi anak. Psikologi kesulitan pembelajaran, pengelolaan kelas, manajemen kenakalan remaja, dan seterusnya.
Demikian juga tentang kebiasaan yang menjadi budaya peserta didik, mahasiswa calon guru telah dibekali dengan ilmu budaya dasar, ilmu jiwa anak, ilmu jiwa pendidikan, dan seterusnya.