Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Mungkinkah Model PBM Kembali ke Zaman Bahari?

12 Februari 2020   20:50 Diperbarui: 13 Februari 2020   14:27 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasional Kompas Nadiem Makarim Tetapkan Program Merdeka Belajar, Salah Satunya ...


Sebagian besar guru pasti ingat dengan model pembelajaran yang satu ini, CBSA. Catat Buku Sampai Abis. Salah satu plesetan dari singkatan aslinya yaitu Cara Belajar Siswa Aktif. Ketika itu pembelajaran yang menjadi andalan adalah mencatat, menerangkan, latihan. Guru benar-benar sumber ilmu. Model pembelajaran zaman bahari betul.

Lalu lahirlah istilah CBSA pertama kali diperkenalkan sebagai wacana oleh proyek P3G (1979), kemudian timbul tenggelam bersama pergantian waktu yang silih bergantinya kurikulum. Dilanjutkan dengan active learning, KBK, Model Pembelajaran Berkelompok (memuat setidaknya 15 model pembelajaran), dan terakhir dalam K13, yang meliputi Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Model Pembelajaran Berbasis Proyek, dan Model Pembelajaran Berbasis Penemuan.

Ketiga model pembelajaran yang terakhir tersebut menjadi pakem yang harus diikuti oleh guru di dalam kelas. Dampaknya Model Pembelajaran Kelompok kemudian hanya dijadikan penunjang untuk memberikan motivasi kepada siswa pada saat PBM berlangsung.

Pada kesempatan ini saya membatasi diri untuk tidak terlalu jauh mengulik sejarah pusat kurikulum yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Soedijarto, Drs. Thamrin,MA, Brs. Benny Karyadi,M.Sc, Dr. Siskandar,MA, Dr. Sumiyati, M.Pd, di Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. Sebagai guru yang awam, hanya ke luar masuk kelas maka efek dari adanya CBSA sungguh merupakan perubahan besar model pembelajaran di Indonesia.

Ketika siswa yang mulanya duduk manis melipat tangan, buku tulis dan pulpen/pensil di tangan siap menerima materi pelajaran. Kondisi saat itu memang memungkinkan PBM seperti itu terjadi, mengingat sarana prasarana yang masih minim di hampir seluruh sekolah di negeri ini.

Model Pembelajaran kemudian mengalami metamorfosis seiring dengan perubahan keterampilan yang dimiliki oleh guru. Disamping itu juga kebiasaan siswa sejak SD sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang ada. Sehingga hampir tidak ditemukan lagi ada guru yang masuk ke dalam kelas hanya mendiktekan isi buku. Dan siswa mencatat.

Faktor yang mempengaruhinya juga mengingat distribusi buku atau keberadaan buku pelajaran di sekolah yang jumlahnya kian banyak. Sekolah dengan dana BOS diwajibkan membeli buku paket siswa setiap tahun.

Peran guru yang mulanya adalah sumber ilmu bergeser menjadi fasilitator. Guru adalah pembimbing siswa pada proses pembelajaran. Lagi-lagi guru masih memiliki dominasi yang tinggi terhadap materi pelajaran ketika berdiri di depan kelas. 

Beban Ujian Nasional yang mengharuskan seluruh materi pelajaran disampaikan kepada siswa. Dengan perasaan tertekan tetap saja dominasi guru kian besar menjadi sumber ilmu.

Ketika Merdeka Belajar yang digelontorkan Pak Nadiem Makarim menjadi program pada Kemendikbud di tahun 2020, beserta seluruh aspeknya yaitu meniadakan Ujian Nasional telah mampu menjadi marahari baru buat guru benar-benar merdeka di dalam kelas. Termasuk di dalamnya perangkat pembelajaran yang tidak membebani guru pada administrasi.

Guru benar-benar merdeka di dalam kelas. Manajemen pengelolaan kelas jadi salah satu pilar keberhasilan PBM. Inovasi dan kreatifitas guru memang dituntut untuk berani melakukan variasi model pembelajaran yang ada. Mulai dari model kooperatif (berkelompok), hingga model pembelajaran di K13.

Saat ini sumber belajar tak lagi tergantung pada buku paket siswa. Dengan mudahnya akses internet sekolah, baik guru maupun siswa dapat menggunakan layanan internet semaksimal mungkin mendapatkan sumber informasi.

Sehingga peran guru yang menjadi fasilitator PBM dalam kelas menjadi 100% dapat terlaksana. Membiarkan siswa aktif menggali informasi, saling bersinergi dalam kelompok-kelompok belajar di kelas adalah bentuk manifestasi dari merdeka belajar.

Sementara guru tak lagi takut target kurikulum tidak tercapai. Daya serap menjadi signifikan untuk dikuatkan. Seletahnya retensi dan remidial bagi siswa yang mengalami kendala belajar lebih bisa ditangani. Walau tetap saja guru harus mengacu pada silabus, program tahunan, program semester, dan RPP yang telah dibuat. Cuma bedanya guru tak lagi takut akan nilai Ujian Nasional yang rendah.

Jika dengan Merdeka Belajar tak juga menjadikan guru mampu melakukan inovatif dan kreatif ketika berada di dalam kelas maka guru tersebut perlu mendapat bimbingan lagi, baik dari kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Jangan sampai model pembelajaran CBSA ala plesetan ada di dalam kelas lagi. Bisa saja model pembelajaran langsung berupa ceramah diberikan untuk memberikan pengarahan apa yang akan dikerjakan ketika PBM berlangsung. Setelahnya model pembelajaran kelompok guna menggugah semangat siswa mengkaji materi pelajaran yang ada.

Ketika kondisi kelas sudah kondusif dan PBM mampu terlaksana dengan baik, guru tinggal memgarahkan model pembelajaran apa yang tepat sesuai materi yang sendang dipelajari. Mau model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis penemuan, atau model pembelajaran berbasis proyek. Guru merdeka melaksakan semuanya di depan kelas.

Terakhir, ujung dari seluruh PBM yang dilaksanakan dengan kreatifitas da inovasi yang maksimal oleh guru tetap saja adalah prestasi siswa. Jangan sampai melupakan gol PBM yang sedang dilaksanakan. Siswa yang berprestasi dan bermartabat, adalah kunci sukses pendidikan saat ini.

Kalau siswa diminta belajar keras, pun harusnya guru juga meluangkan waktu untuk belajar lebih keras, meningkatlan kompetensi dirinya dengan memahirkan keterampilan pedagogiknya dan menguasai materi ajar.

Bravo model pembelajaran bahari, jangan sampai terulang lagi. Merdeka belajar. Ayo guru, kita bisa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun