Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Anda Termasuk yang Sering Memperbincangkan Keburukan Orang Lainkah?

12 Februari 2020   12:33 Diperbarui: 12 Februari 2020   12:57 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang lidah tak bertulang
Tak terbatas kata-kata
Lain di bibir lain di hati ...

Ada yang masih ingat tentang lagu di atas? Dinyanyikan oleh penyanyi dari generasi ke generasi. Dalam genre musik yang berbeda. Nyatanya masih nikmat didengar di telinga.

Memang benar, lidah memang tak bertulang. Tak terasa ketika bersama teman, obrolan mulai asyik dilakukan. Kadang sampai lupa waktu saking serunya. Ujung-ujungnya adalah membicarakan orang lain. Parahnya sering yang jadi topik obrolan adalah tentang keburukan orang lain.

Jauh sebelum hari ini, kebiasaan buruk membicarakan keburukan orang lain sepertinya sudah menjadi darah daging bagi manusia. Apalagi dengan adanya media komunikasi saat ini. Bisa jadi sarana utama kegiatan itu.

Kalau dahulu, ketika akan ngobrol harus ketemu tatap muka. Janjian di sebuah tempat atau saling mengunjungi. Kesempatan ngobrol masih terbatas. Lah, sekarang. Hanya lewat HP percakapan apa saja bisa dilaksanakan. Dengan siapa saja bisa. Kapan saja. Tanpa terbatas waktu dan ruang.

Akses untuk ngobrol jadi tak terbatas. Bahkan dalam sekali kesempatan dapat dilakukan dengan banyak orang. Dengan orang yang sangat jauh bahkan.

Jadilah mereka ngobrol setiap saat sesuai waktu yang dikehendaki. Malangnya sebagian kita kadang tak sadar, karena lidah memang tak bertulang. Namun, ketika ngobrolnya lewat percakapan tertulis, jempol akhirnya jadi tak bertulang. Dan sepertinya lebih senang membicarakan keburukan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri.

Alih-alih ketika menemukan keburukan orang lain dijadikan pelajaran memperbaiki untuk diri sendiri, malahan lebih memilih menghabiskan waktu dan seharian hanya untuk membicarakan keburukan orang lain.

Oleh karena itu ketika kita mulai membicarakan keburukan orang lain, sebenarnya pada saat yang sama kita sudah merepotkan diri sendiri.

Sementara sebagian orang di luar sana memanfaatkan waktunya dengan kegiatan-kegiatan positif, kita masih mengisi waktu dengan hanya membicarakan keburukan orang lain.

Ketika kita mulai terjebak dengan obrolan yang mengarah pada memperbincangkan keburukan orang lain, sebenarnya ada beberapa yang perlu kita ingat agar minat untuk memperbincangkan orang lain segera pupus dari hati dan pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun