Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gemar Menularkan Keterampilan, Andakah Salah Satunya?

4 Februari 2020   10:01 Diperbarui: 4 Februari 2020   10:12 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ISLAM KAFAH | Tangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah, Siapakah ...

Pernahkah anda menularkan keterampilan yang dimiliki kepada orang lain?
Pernahkah anda kecewa setelahnya?
Mengapa?
Apa sih yang anda harapkan setelah keterampilan yang dimiliki tertular pada orang lain?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah ungkapan kekecewaan sebagian orang kerena telah menularkan keterampilan yang dimiliki. Lalu mendapatkan ekspektasi di luar yang dinginkan.

Dalam istilah yang sering kita dengar adalah semangat berbagi. Kita tak bisa hidup sendiri. Jadi wajar ketika memiliki keterampailan, niat untuk berbagi ada pada sebagian besar kita. Nyatanya tak sedikit juga yang pelit dalam berbagi. Menyembunyikan keterampilan dan pura-pura tidak bisa.

Setiap orang memang memiliki hak untuk pelit atau murah dalam berbagi keterampilan. Sekarang bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika kita tidak bisa melakukan sesuatu. Kemudian minta tolong pada orang lain untuk mengajari. Apa yang anda inginkan? Pasti sungguh berharap orang tersebut mau mengajari anda hingga terampil.

Kalau posisinya kita balik, ketika anda memiliki keterampilan tertentu kemudian seseorang sebutlah rekan atau teman meminta anda mengajarkan keterampilan tersebut, bagaimama reaksi anda? Mengajarkan atau pura-pura tak bisa.

Bagi mereka yang pernah merasakan berharap besar terhadap orang lain untuk mau membimbing terhadap sesuatu yang kita inginkan, pasti dengan senang hati akan menularkan keterampilan yang telah kita miliki untuk dikuasai orang lain.

Seperti apa dahulu kita berharap, maka seperti itulah orang lain berharap. Lalu mengapa, banyak di antara kita yang lupa bahwa tanpa orang lain kita ternyata tak bisa apa-apa? Lalu semangat berbaginya tenggelam bersama kesombongan karena lebih merasa berbeda.

Memang benar sih, sebuah keterampilan ada yang dibagikan dengan cara membayar. Hal ini banyak kita lihat pada kegiatan bisnis. Dan tak salah ketika proses menularkan keterampilannya pun dengan cara membayar. Jadi wajar ketika berbaginya juga berbayar.

Atau mungkin ketika kita berhasil memiliki keretampilan dengan penelitian dan uji coba yang mendalam terhadap sebuah keterampilan dalam waktu lama, tentu wajar jika keterampilan yang kita miliki menjadi sangat berharga. Dan wajar juga sebagai timbal baliknya orang lain yang akan mendapatkan keterampilan tersebut membayar mahal.

Nah, kalau keterampilan yang kita miliki didapat dengan cara yang gratis dan mentor menginginkan kita berbagi kepada orang lain setelah keterampilan tersebut kita miliki. Lalu apa yang membuat anda pelit berbagi? Walau pun tidak terlarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun