Ia yang terbaring di sana
Sakit?
Tidak
Hanya tertidur pulas
Biasanya sebelum terlelap
Ada cerita, tentang siang bagaimana beredarnya
Keringat, berapa butir jatuhnya
Kini tiada lagi
Hanya kedip mata pelan
Sayup-sayup setengah tenggelam
Tak ada pesan
Kalimat pelengkap juga telah lenyap
Pertanda bosankah?
Ia yang kelelahan
Membagi cinta dengan ikhlas diberikan
Menjual ramah
Dengan gaji yang murah
Lelah?
"Jangan pernah katakan lelah, Bang."
Begitu dahulu ketika ia demam
Sakit karena kelelahan
Suara itu kini musnah
Termakan zaman yang selalu bangkitkan resah
Oleh aturan
Oleh kebiasaan
Oleh anak-anak juragan yang manja minta diperhatikan
Atau orang tuanya yang ingin anaknya di rangking teratas
Duduk pada deret bangku terdepan
Aku mengamati dari jauh dengan belas kasihan
Kapan kau istirahat, Kawan?
Sudah terlalu malam
Sebaiknya berbaringlah dengan nyaman
Ingatlah ketika masa indah itu datang
Mendengar celoteh ceria anak-anak bermain lompat tali
Atau gendong gendongan bila kalah humpimpah
Atau engkrang yang kadang kalian perebutkan hingga menangis lalu datang padamu minta dilerai
Kau hanya diam
Aku melihat dengan jelas
Air mata itu jatuh dibalik senyum manismu
Kita sudah tua, Kawan
Waktu harus ada yang menggantikan
Ketika itu barangkali kita adalah bagian dari cerita yang akan mereka ceritakan
Tanah Bumbu, 31 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H