Korupsi dan kemiskinan adalah kondisi kekinian Indonesia. Meminjam istilah Romo Beni, korupsi telah menjadi identitas budaya Indonesia. Korupsi terjadi dari level tertinggi pemerintahan hingga level pedagang bakso. Jika pelaku korupsi di tingkat pejabat pemerintah menggelapkan uang negara untuk berfoya-foya dengan istri simpanan, maka tukang bakso menggunakan formalin agar dagangannya bertahan berhari-hari. Prinsip kerja korupsi keduanya sama. Mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Studi transparancy international pada tahun 2013 menempatkan Indonesia pada rangking 114 dari 177 negara di dunia. Itu artinya, perang terhadap korupsi adalah agenda Indonesia masa kini. Indonesia membutuhkan Presiden yang tidak memiliki sejarah sebagai seorang koruptor juga tidak melindungi para koruptor dan mengambil keuntungan dari korupsi. Presiden Indonesia selayaknya adalah pribadi yang bersih, jujur dan sederhana. Karena hanya dengan bersih (tidak melakukan praktek korupsi), jujur (terbuka dan transparan dalam tata kelola keuangan), serta sederhana (tidak bergaya hidup mewah), maka presiden akan dihormati oleh orang-orang yang bekerja di lingkungan kekuasaannya.
Agenda kekinian selain korupsi adalah kemiskinan. Biro pusat statistik mencatat ada 28,55 juta orang miskin pada periode September 2013 atau 11,47 persen dari populasi Indonesia. Inflasi yang cukup tinggi disebabkan oleh kenaikan BBM hingga harga komoditas bahan makanan dan makanan telah mendorong kenaikan jumlah orang miskin.
Dalam banyak hal, kemiskinan di Indonesia adalah kemiskinan struktural. Kemiskinan yang tercipta akibat diciptakannya struktur masyarakat kelas oleh kekuasaan negara. Orang-orang miskin di Indonesia bukanlah mereka yang tidak memiliki sumber daya. Orang miskin di Indonesia tercipta akibat kebijakan-kebijakan negara melulu bias kelompok kaya.
Ada jutaan orang di Indonesia yang membanting tulang dan berpeluh sejak matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Tetapi kerja keras mereka hanya berharga seribu hingga tiga ribu perak. Jumlah yang tidak cukup untuk membeli sekilo beras atau sekilo tempe. Struktur upah dan sistem penghargaan pada pekerjaan di negeri kita adalah inti dari kemiskinan. Jadi orang miskin bukan semata karena mereka malas. Orang miskin di Indonesia justru diciptakan. Mereka tercipta oleh kebijakan yang tidak memihak pekerjaan dan usaha mereka.
Kebutuhan presiden Indonesia kini adalah dia yang memihak kepada orang miskin dan kelompok marginal. Dia adalah pribadi yang membuat keputusan politik yang menguntungkan si miskin. Dia adalah orang yang paham tentang kondisi buruk masyarakat, hadir di tengah-tengah masyarakat, dan tidak hanya berpose diantara orang miskin tetapi hidup dalam gelimang harta.
Syarat ketiga : bersahabat dengan dunia
Masalah negara dan keluarga pada satu titik memiliki kesamaan. Jika dalam kehidupan keluarga orang membutuhkan tetangga, maka dalam bernegara Indonesia juga membutuhkan tetangga dan teman. Pertemanan antara Indonesia dan negara-negara di dunia menjadi penting dalam tata kehidupan dunia baru yang bersahabat dan damai.
Dalam konteks itu, Indonesia perlu memainkan peranan penting dalam penciptaan perdamaian dunia, juga mengambil bagian membangun hubungan persahabatan dengan negara lain dalam kawasan serta negara-negara di dunia secara umum.
Presiden Indonesia haruslah figur yang dikenal di lingkungan pergaulan dunia. Dia adalah pribadi yang disambut dengan pelukan hangat oleh tiap kepala negara dimana ia berkunjung. Dia haruslah pribadi yang tidak memiliki masalah dengan isu-isu kemanusiaan serta gejala perilaku tidak bersahabat. Karena jika isu-isu itu ada dalam diri presiden, posisi Indonesia dalam pertemanan dan persahabatan negara-negara di dunia menjadi lemah.
Dalam hubungan internasional, citra seorang presiden menentukan citra keseluruhan negara. Citra yang buruk akan berdampak buruk pada upaya investasi dan perluasan hubungan perdagangan, kemanusiaan, dan kebudayaan.